Wajib Menikah Saat Perawan, Perempuan Tunisia Antre Jalani Operasi Selaput Dara

Silviana Dharma, Jurnalis
Senin 19 Juni 2017 14:03 WIB
Ilustrasi. Perempuan harus perawan pada malam pertama pernikahan di Tunisia.(Foto: Fethi Belaid/AFP)
Share :

Ia menambahkan, “Jadi sekarang saya sangat takut. Jika saya mengungkapkan hal ini kepada tunangan saya, saya yakin sekali pernikahan kami akan dibatalkan.”

Yasmine sekarang harus membayar hampir USD400 atau Rp5,3 juta untuk mengembalikan keperawanannya. Dia sudah menabung untuk ini selama beberapa bulan, yang pasti kedatangannya kemari dirahasiakan dari keluarga dan tunangannya.

Di sisi lain, pakar gineakologi di klinik tersebut, Rachid mengungkap seringnya dia menerima pasien seperti Yasmin. Pekan ini saja, dia sudah melakukan dua operasi perbaikan selaput dara.

Katanya, 99% pasiennya termotivasi kekhawatiran bahwa jika ketahuan tak perawan, mereka akan memalukan keluarga. Padahal, menurut Rachid, ada banyak faktor yang menyebabkan selaput dara seseorang robek. Misalnya karena penggunaan tampon (pembalut yang cara pakainya dimasukkan ke bagian kemaluan), atau kecelakaan saat berkuda, dan sebagainya.

“Kami sebagai ginekolog hanya berupaya memperbaiki selapu dara itu. Tak ada pengecualian (soal alasan rusaknya). Tapi ada juga dokter yang menolak melakukannya. Saya secara pribadi mau melakukannya karena tidak setuju keperawanan dijadikan acuan kesucian perempuan,” ujarnya.

Dia menimpali, “Itu sangat mengganggu saya. Ini adalah manifestasi dari komunitas masyarakat yang didominasi pria dan dibalut dengan prinsip keagamaan. Saya sangat menentang itu.”

Para perempuan Tunisia mendapat pengakuan internasional karena memelopori hak asasi perempuan di Afrika Utara. Akan tetapi, agama dan tradisi di sini masih mendikte para perempuan muda soal keperawanan. Bahkan memang ada hukum yang membenarkan perceraian semata karena alasan istri tidak perawan saat malam pertama.

“Di tengah masyarakat yang sudah terbuka seperti ini, tradisi itu membuat kami menjadi hipokrit (orang munafik),” kata pakar sosiologi, Samia Elloumi.

(Silviana Dharma)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya