Luar Biasa! Pesawat N-219 Buatan Anak Bangsa Spesialis Daerah Terpencil dengan Kabin Terluas di Kelasnya

Koran SINDO, Jurnalis
Senin 21 Agustus 2017 09:56 WIB
Pesawat n219 saat uji coba. Foto Antara/Fahrul Jayadiputra
Share :

JAKARTA - Proyek pesawat N219 melangkah pasti. Purwarupa pesawat karya PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Lembaga Antariksa Nasional (Lapan) ini telah berhasil melakukan uji terbang perdana pada Rabu, 16 Agustus 2017 lalu.

Direktur Utama PT DI Budi Santoso menjelaskan bahwa pesawat N219 memiliki beberapa antara lain menggunakan common technology sehingga harga pesawat bisa lebih murah dengan biaya operasi dan pemeliharaan yang rendah.

Selain itu N219 memiliki kabin terluas di kelasnya, serbaguna untuk berbagai macam kebutuhan seperti mengangkut penumpang, barang, evakuasi medis, hingga untuk keperluan militer. “Bukan kami tidak mau membuat pesawat canggih, tapi kami hanya bercita-cita membuat pesawat yang mampu menghubungkan daerah-daerah di Indonesia,” kata dia kemarin.

Pesawat N219 memang sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus Santoso menyebut N219 adalah tipe ideal bagi negara maritim seperti Indonesia dan negara lain di dunia karena bisa diandalkan untuk menghubungkan pulau-pulau terpencil dan selama ini sulit dijangkau. Kelebihan ini berkaitan dengan kemampuan N219 landing dan take-off dari bandara perintis dengan ran way sekitar 500 meter.

Dengan demikian pesawat ini mudah dioperasikan di daerah terpencil, bisa self starting tanpa bantuan ground support unit. “Pesawat ini nantinya akan dipakai dari titik pinggiran seperti di pedalaman Papua. Ini cocok dengan tipikal airport di Papua yang jumlahnya 50 lebih itu,” sebut dia.

 

Dengan adanya keunggulan tersebut, Agus optimistis N219 nantinya akan menggantikan pesawat tipe kecil yang usianya sudah uzur. Dia menghitung, setidaknya untuk kebutuhan dalam negeri diperlukan sekitar 50-100 pesawat N219. Selain untuk kebutuhan domestik, pesawat kecil dengan kapasitas penumpang di bawah 20 tempat duduk ini diperkirakan akan banyak diminati sejumlah negara, terutama kawasan Asia Tenggara.

“Pangsa pasar di luar negeri saya kira cukup potensial. Terutama untuk negara-negara yang membutuhkan penerbangan jarak pendek,” ujar dia. Data dari berbagai sumber menyebutkan, kebutuhan pasar domestik dan internasional pada pesawat berbadan kecil seperti N219 diperkirakan mencapai 800 unit hingga 2020.

Pada awal rencana pembuatan N219, PT DI berharap mampu menyasar pangsa pasar sekitar 200 unit dari total pasar. Sebelumnya sejumlah maskapai nasional dan internasional dikabarkan telah mengincar pesawat buatan tangan-tangan asli Indonesia ini. Jumlah pemesanan bervariasi, 5-10 unit.

Murni Karya Anak Bangsa

First flight test purwarupa N219 sukses dilakukan PT DI dan Lapan. Pesawat berhasil take-off pada pukul 09.00 WIB tanpa kendala. N219 terbang dikawal pesawat Kodiak, mengitari Bandung sekitar 20 menit lamanya. Selama melakukan uji terbang, pilot selalu terhubung dengan pusat kontrol yang melakukan pemantauan kondisi pesawat.

Oleh sang pilot, pesawat terbang di sekitar kawasan Batujajar dan Waduk Saguling. Pesawat dibawa terbang pada ketinggian 8.000 kaki dan diturunkan pada ketinggian 7.000 dan 7.500 kaki untuk mengetes kemampuan mesin. Pilot juga melakukan sejumlah manuver seperti berbelok, menambah kecepatan, turun, atau naik selama di angkasa.

Setelah dirasa cukup, pilot kembali membawa purwarupa N219 landing di Bandara Husein Sastranegara sekitar pukul 09.20 dengan mulus. Ratusan ahli dan pekerja PT DI menyaksikan dengan sukacita momentum bersejarah tersebut bersama para tamu undangan dan media massa. Mereka bersama-sama bersorak menyaksikan keberhasilan tersebut.

Euforia itu pantas terjadi lantaran pesawat N219 adalah pesawat yang dibuat 100% oleh anak negeri. Tidak ada ahli asing yang terlibat pada proses pembuatan pesawat tersebut. Dirut PT DI Budi Santoso menyebut proyek N219 melibatkan puluhan tenaga ahli avionik, desain, dan rancang bangun pada proyek tersebut.

Sementara Lapan mengerahkan sekitar 30 tenaga ahli kedirgantaraan. Beberapa nama yang dinilai berkontribusi besar pada proses pembuatan misalnya Direktur Teknologi dan Pengembangan Andi Alisjahbana serta Manajer New Product Development Palmana Banandhi. “Saya bersyukur bisa terlibat pada produksi pesawat N219 ini,” kata Palmana.

Tak hanya soal produksi pesawat, keberanian mereka yang menerbangkan dan mengambil risiko untuk uji terbang perdana N219 juga memberi andil besar pada proses tersebut. Mereka adalah pilot N219 Kapten Esther Gayatri Saleh dan fist officer Kapten Adi Budi Atmoko serta Yustinus sebagai flight test engineer (FTE).

Ketiganya mampu mendedikasikan hidupnya dan mengambil risiko melakukan uji terbang perdana pesawat buatan Indonesia. “Pesawatnya oke, semua sesuai dengan simulasi. Mesin bekerja dengan baik. Di ketinggian kami melakukan manuver dan uji mesin. Semua berjalan dengan baik dan respons sebagaimana mestinya,” ujar Esther.

Sementara itu Kepala Lapan Thomas Djamaluddin menegaskan pihaknya tak akan berhenti melakukan pengembangan pesawat N219. Ke depan, bukan tidak mungkin akan dikembangkan pesawat N219 amfibi sehingga bisa mendarat di laut atau sungai. Konsep tersebut dinilai sangat cocok dengan tipikal geografis Indonesia.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya