SEOUL - Korea Utara (Korut) merilis video propaganda baru yang mengancam akan menembakkan rudal balistik ke dekat wilayah Amerika Serikat (AS) di Guam dan memperingatkan AS akan “pembalasan dendam tanpa ampun” dari Pyongyang. Video itu muncul sebagai respons Korut atas latihan militer gabungan (Latgab) tahunan yang digelar militer AS dan Korea Selatan (Korsel) pekan ini.
BACA JUGA: Presiden Korsel Tegaskan Latgab Militer dengan AS Murni untuk Pertahanan
Video yang berdurasi hampir empat menit itu menampilkan gambar Presiden AS, Donald Trump yang tengah menatap pemakaman yang dipenuhi salib dan Wakil Presiden AS Mike Pence yang dikelilingi api. Video berdurasi hampir 4 menit itu juga menunjukkan pulau Guam menjadi sasaran rudal balistik Korut.
"Rakyat AS harus hidup dengan mata dan telinga mereka terbuka lebar, mereka akan disiksa siang dan malam oleh rudal Hwasong-12 tanpa mengetahui kapan senjata itu akan diluncurkan," demikian isi caption yang terdapat dalam video tersebut sebagaimana dikutip dari Telegraph, Selasa (22/8/2017).
Video: YouTube/uriminzokkirri
Ketegangan kembali memuncak setelah AS dan Korut memulai latihan militer gabungannya pada Senin, 21 Agustus. Kantor berita Korut, KCNA menyebut latgab tersebut telah menciptakan situasi “perang tiruan”di Semenanjung Korea.
“Akan menjadi penilaian yang salah jika AS berpikir bahwa Pyongyang akan ‘duduk nyaman tanpa melakukan apapun’ terkait latgab tersebut,” demikian pernyataan dari juru bicara militer Korut yang dikutip KCNA.
Komentar tersebut menunjukkan sikap bermusuhan yang kembali muncul setelah sempat mereda beberapa pekan terakhir. Presiden AS, Donald Trump bahkan sempat memuji Pemimpin Korut Kim Jong-un atas keputusannya membatalkan serangan rudal ke Guam.
Presiden Korsel Moon Jae-in mengingatkan Korut untuk tidak menggunakan latgab tersebut sebagai alasan untuk kembali melakukan provokasi. Dia menegaskan bahwa latihan militer itu tidak dimaksudkan untuk meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea.
“Tidak ada keinginan sama sekali untuk memanaskan tensi militer di Semenanjung Korea karena latihan-latihan ini dilakukan setiap tahun dan selalu untuk kepentingan pertahanan,” kata Moon pada Senin, 21 Agustus.
Latgab yang bertajuk Pengawal Kebebasan Ulchi itu dijadwalkan berlangsung hingga 31 Agustus 2017 dan akan melibatkan simulasi komputer yang dirancang untuk membiasakan para tentara akan kondisi perang di Semenanjung Korea. Setidaknya 17.500 anggota aktif militer AS turut ambil bagian dalam latihan tersebut, menurun dari jumlah 25.000 personel yang ikut tahun lalu.
(Rahman Asmardika)