XIAMEN – Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping sepakat untuk berperilaku sepatutnya untuk merespons uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara (Korut) pada Minggu 3 September. Kesepakatan itu dicapai saat keduanya bertemu di Xiamen, China.
“Kedua pemimpin sepakat untuk berpegang pada tujuan denuklirisasi Semenanjung Korea dan berkomunikasi serta berkoordinasi erat untuk menghadapi situasi baru ini,” bunyi laporan dari kantor berita China, Xinhua, mengutip dari Russia Today, Senin (4/9/2017).
BACA JUGA: Astaga! Korut Klaim Lakukan Uji Coba Nuklir Keenam
Putin tengah berada di Xiamen untuk menghadiri KTT BRICS yang dijadwalkan berlangsung pada 3-5 September. Kesepakatan kedua pemimpin itu sangat penting mengingat China adalah mitra utama sekaligus sekutu Korut dan Rusia juga memiliki hubungan cukup erat dengan Pyongyang.
Sebelum kesepakatan antara Putin dan Xi, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia telah terlebih dahulu mengutuk uji coba bom hidrogen yang dilakukan Korut. Kemlu Rusia mengingatkan bahwa sangat penting dalam situasi saat ini untuk menjaga ketenangan dan menahan diri dari tindakan apapun yang bisa memicu terjadinya eskalasi ketegangan lebih lanjut.
BACA JUGA: Uji Coba Bom Hidrogen Korut Mengakibatkan Gempa 6,3 SR
“Uji coba tersebut adalah contoh lain dari Pyongyang yang secara langsung mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB dan hukum internasional,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
“Kami tidak bisa selain menyesali fakta bahwa pemimpin Korut menciptakan ancaman berbahaya bagi perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea dan seluruh kawasan dengan tindakan tersebut, yang bertujuan merusak rezim non-proliferasi global. Kelanjutan dari aksi ini adalah konsekuensi serius bagi Korut sendiri,” sambung pernyataan yang dimuat di situs resmi tersebut.
BACA JUGA: Bom Hidrogen Baru Korut Dilaporkan Berkekuatan 100 Kiloton
Sebagaimana diberitakan, media-media Korut melaporkan negaranya berhasil menguji coba bom hidrogen yang dapat dipasang pada rudal balistik antarbenua (ICBM). Bom hidrogen tersebut dapat berfungsi sebagai hulu ledak nuklir untuk menyerang lawan-lawan, termasuk Amerika Serikat (AS).
(Wikanto Arungbudoyo)