MANILA - Pemimpin Filipina Rodrigo Duterte memuji Amerika Serikat (AS), dan menyebutnya sebagai sekutu keamanan yang penting. Apa yang ditunjukkan oleh Duterte digambarkan sebagai perputaran sikap yang epik di mana sebelumnya dikenal anti-AS.
Duterte telah melupakan pidatonya yang penuh emosi terhadap AS dalam sebuah peringatan ke-116 pertempuran paling berdarah dalam perang AS-Filipina. Ia menyebut, dirinya telah melupakan masa lalu kelan antara kedua negara.
"Saya mendapat nasehat dari Departemen Luar Negeri, bahwa saya akan memperlancar bahasa saya dan menghindari sikap mengutuk, yang cenderung saya lakukan jika saya menjadi emosional," kata Duterte seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (29/9/2017).
"Saya tidak akan mengatakan mereka adalah penyelamat kita, tapi mereka adalah sekutu kita dan mereka membantu kita. Bahkan sampai hari ini, mereka menyediakan peralatan penting untuk tentara kita di Marawi guna melawan para teroris," tuturnya, merujuk pada kota di mana militan pro Negara Islam (ISIS) telah bersembunyi selama empat bulan.
(Baca juga: Jika Memang Terlibat Perdagangan Narkoba, Pesan Duterte untuk Putranya: Kubunuh Kau!)
Duterte mulai menunjukkan sisi lembutnya terhadap AS pada bulan Agustus ketika dia menyebut diinrya sebagai "teman yang rendah hati" Washington saat bertemu dengan Sekretaris Negara Rex Tillerson.
Baru tiga minggu sebelum perubahan hati Duterte, presiden tersebut menyebut AS "payah".
"Tidak akan pernah ada waktu di mana saya akan pergi ke Amerika di masa jabatan saya, atau bahkan setelahnya. Saya telah melihat Amerika dan itu buruk," kata Duterte pada akhir Juli lalu.
(Baca juga: Duh, Presiden Filipina Bersumpah Tidak Akan Pernah Kunjungi AS)
Duterte memproklamirkan diri sebagai seorang "temperamen" pada bulan September 2016, saat dia memberi label mantan Presiden AS Barack Obama sebagai "anak perempuan jalang". Hal itu setelah Obama menyatakan keprihatinannya atas perang melawan narkoba pemimpin Filipina tersebut.
Duterte tampaknya memiliki hubungan yang lebih positif dengan Presiden Donald Trump, memanggilnya "orang dalam" dan mengklaim bahwa dia tidak akan menjadi miliarder jika dia "bodoh".
(Qur'anul Hidayat)