OKEZONE STORY: Petualangan Arthur Rimbaud, Menjadi Penyair yang Disegani hingga Berkarier di Dunia Penyelundupan Senjata

Putri Ainur Islam, Jurnalis
Jum'at 03 November 2017 08:11 WIB
Foto: The Vintage News
Share :

Harar adalah semacam surga pedagang di Ethiopia, sebelum Addis Ababa, ibu kota Ethiopia sekarang. Kota Harar menjadi kota komersial pada akhir abad ke-19. Kota tersebut juga tempat yang diduga menghasilkan tempat pertama kopi dibudidayakan.

Berbisnis dengan kopi memang menguntungkan, namun Rimbaud merasa petualangannya masih minim. Ia lalu berpetualang ke arah timur yaitu pantai Laut Merah. Namun beberapa tahun kemudian, penyair itu berada dalam kesepakatan penyelundupan senjata dengan beberapa kepala suku. Pada 1885 dia menulis surat kepada ibunya, mengeluhkan situasinya.

Ethiopia melewati periode yang penuh gejolak dalam sejarahnya. Mesir di bawah Isma'il Pasha terus-menerus mengancam untuk memperluas wilayahnya jauh ke wilayah Ethiopia, sementara Inggris dan Prancis mengembangkan kepentingan tertentu di negara tersebut. Selain itu, kekuatan kolonial yang baru muncul yaitu Italia, mendapatkan momentumnya untuk menaklukkan kekaisaran.

Sempat mendapatkan banyak laba dalam dunia penyelundupan senjata, Rimbaud lalu tidak begitu beruntung. Seluruh kesepakatan menjadi sebuah kegagalan. Kedua rekannya meninggal dunia. Ia lalu pergi ke kota Entoto setelah empat bulan perjalanan berbahaya melalui gurun Afrika Timur yang berbahaya. Ia disambut oleh mitranya yang menuntut sebagian dari keuntungannya.

Rimbaud sangat putus asa. Para kreditur menggerogoti pendapatannya, sama sekali tidak menyisakan sedikit pun untuknya. Di akhir bisnisnya yang malang, dia mengungkapkan sesuatu.

"Saya telah keluar dari kesepakatan dengan kerugian 60% atas modal saya, belum lagi menjalani 21 bulan usaha yang mengerikan ini," katanya.

Setelah itu, pada 1888, dia kembali ke Harar, di mana dia dicintai dan dihormati oleh gubernur kota, Ras Makonnen Wolde Mikael, dan putranya Tafari yang akan menjadi Haile Selassie, pewaris Menelik II.

Pada 1891, penyair yang mengatakan bahwa dia sangat peduli dengan puisi tersebut, meninggal tanpa uang sepeser pun di Marseille setelah kehilangan kakinya akibat kanker tulang. Pada hari-hari terakhir hidupnya, dia mencoba kembali ke Afrika, namun kesehatannya semakin memburuk dan kematian menjemputnya.

Arthur Rimbaud baru berusia 37 tahun saat itu, tapi dia sudah mengubah sejarah sekira 16 tahun sebelumnya, ketika puisinya mendapatkan banyak pengikut. Dia dianggap sebagai salah satu perintis penulis sastra modern yang jasanya masih dirasakan banyak orang hingga kini.

(pai)

(Rifa Nadia Nurfuadah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya