JAKARTA – Wakil Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ikhsan Abdullah meminta polisi bisa segera mengungkap tuntas kasus penyerangan terhadap sejumlah pemuka agama.
"Ini kan sama modusnya. Ini kan replikasi adu domba antarumat. Jadi, ya kita mohon polisi harus mengungkap ini siapa pelaku sebenarnya," ujar Ikhsan kepada Okezone, Kamis (22/2/2018).
Ia juga meminta pihak kepolisian dapat mengusut tuntas penyerang tokoh-tokoh agama yang dianggap mengalami gangguan jiwa. Sebab, lanjut Ikhsan, terdapat kejanggalan, pelaku yang menyerang dianggap sebagai orang gila.
"Bahwa pelakunya orang gila. Enggak mungkin orang gila itu melakukan tindakan-tindakan seperti itu yang sama di mana-mana. Masak orang gila semua?" tegasnya.
Kemudian, Ikhsan juga meminta masyarakat tidak terpancing serta takut dengan adanya isu penyerangan terhadap tokoh-tokoh agama ini yang belakangan semakin marak terjadi.
"Masyarakat jangan takut dengan teror-teror ini. Justru harus semakin kuat kita sebagai umat beragama bekerja sama untuk menggalang kebersamaan dan kerukunan sehingga usaha-usaha adu domba seperti ini gagal," imbuhnya.
(Baca: Kompolnas Sebut Polri Segera Ungkap Motif Penyerangan Pemuka Agama)
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu terjadi penyerangan di Gereja Santa Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta, saat peribadatan sedang berlangsung. Pelaku bersenjata tajam itu melukai beberapa jemaat, pastor, dan seorang polisi.
Penganiayaan juga dialami pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah Santiong, Kampung Sentiong, RT 04 RW 01, Desa Cicalengka Kulon, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, yakni KH Emon Umar Basyri (60) yang akrab disapa Ceng Emon atau Mama Santiong.
Penganiayaan ini terjadi di Masjid Al Hidayah, kawasan Pesantren Santiong. Saat itu korban sedang duduk berzikir seusai melaksanakan Salat Subuh berjamaah. Suasana di dalam masjid ketika penganiayaan sedang sepi, karena seluruh santri telah kembali ke pondok masing-masing setelah beribadah.
Akibat penganiayaan tersebut, korban mengalami luka serius, hidung patah, dan tengkorak kepala retak. Bahkan, korban sempat tak sadarkan diri. Oleh para santri, korban dibawa ke Rumah Sakit AMC Cileunyi lalu dirujuk ke UGD Al Islam Bandung, Jalan Soekarno-Hatta.
(Baca: Jimly: Orang Menyerang Tokoh Agama Itu Bejat!)
Lalu muncul lagi kasus penganiayaan terhadap Ustadz R Prawoto yang merupakan Komandan Brigade Persatuan Islam Indonesia (Persis) Pusat. Ia dianiaya pada Kamis 1 Februari 2018, sekira pukul 07.00 WIB, oleh Asep Maftuh (45).
Ustadz Prawoto mengalami luka parah di kepala dan patah tangan kiri akibat dipukuli oleh Asep yang merupakan tetangganya di Kelurahan Cigondewah Kidul, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung. Ustadz Prawoto meninggal dunia pukul 17.30 WIB.
(Hantoro)