Korut Bantah Pasok Senjata Kimia ke Suriah

Wikanto Arungbudoyo, Jurnalis
Jum'at 02 Maret 2018 14:05 WIB
Kondisi Ghouta Timur yang hancur lebur dihantam serangan (Foto: Bassam Khabieh/Reuters)
Share :

PYONGYANG – Pemerintah Korea Utara (Korut) membantah laporan yang menyebutkan pihaknya bekerja sama dengan Suriah dalam pengiriman senjata kimia. Pyongyang menyatakan bahwa kabar itu adalah karangan dari Amerika Serikat (AS) untuk menekan negara tersebut.

Seorang juru bicara Institut Studi Amerika Kementerian Luar Negeri Korut mengatakan, Negeri Paman Sam membuat argumen tidak masuk akal dengan tuduhan tersebut. Ia menegaskan bahwa Korea Utara tidak pernah memproduksi senjata kimia.

“Seperti yang kami sudah katakan dengan jelas berkali-kali, Republik kami tidak mengembangkan, memproduksi, dan menyimpan senjata kimia serta menentang penggunaannya,” ujar juru bicara tersebut, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (2/3/2018).

BACA JUGA: Korban Tewas Warga Sipil di Ghouta Timur Capai 601 Orang

Duta Besar AS untuk Konferensi Pelucutan Senjata, Robert Wood menuturkan, Korea Utara dan Suriah memiliki sejarah hubungan terkait kerjasama persenjataan. Kedua negara kerap bertukar persenjataan terutama aktivitas rudal dan komponen senjata kimia.

Laporan rahasia milik PBB mengungkapkan, dua buah paket pengiriman dari Korea Utara untuk badan milik pemerintah Suriah yang bertanggung jawab atas program senjata kimia berhasil dicegat dalam enam bulan terakhir. Laporan tersebut menunjukkan adanya indikasi pelanggaran terhadap sanksi resolusi Dewan Keamanan yang dijatuhkan kepada Korea Utara.

Rezim Suriah diduga menggunakan senjata kimia untuk menyerang posisi kelompok pemberontak di Ghouta timur. Badan pengawas senjata kimia yang berbasis di Den Haag, Belanda, tengah menggelar penyelidikan atas kemungkinan penggunaan benda terlarang tersebut.

BACA JUGA: Rusia Umumkan Gencatan Senjata Harian untuk Evakuasi Warga Sipil dari Ghouta

Suriah diketahui menandatangani kesepakatan internasional mengenai pelarangan penggunaan senjata kimia pada 2013. Kesepakatan itu diinisiasi oleh Rusia demi menghindari serangan balasan lewat udara oleh militer AS sebagai konsekuensi serangan gas syaraf yang membunuh ratusan orang.

(Wikanto Arungbudoyo)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya