PONTIANAK - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada 2018) di Kalimantan Barat disebut salah satu yang paling rawan konflik oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Isu potensi konflik ini pun menjadi perhatian dari pemerintah yang kemudian akan menempatkan lebih banyak anggota kepolisian untuk mengamankan Pilkada serentak 27 Juni 2018.
Calon gubernur Kalbar nomor urut 2, Karolin Margret Natasa pun memberi perhatian khusus akan hal ini. Ia mengajak masyarakat untuk bisa menepis permasalahan ini dengan rasa kekeluargaan.
"Isu itu tentunya bisa kita tepis jika masyarakat Kalbar bisa menjalani Pilkada ini dengan rasa penuh kekeluargaan dan memang selama ini masyarakat Kalbar adalah satu keluarga yang dibingkai dengan Bhineka Tunggal Ika dalam NKRI," ujar Karolin di sela-sela kampanye di Sekadau, Sabtu (24/3/2018).
Menanggapi isu rawan konflik ini, Karolin menilai sejarah konflik menjadi salah satu faktor di belakangnya. Karolin mengatakan, selama ini telah terjadi 17 kali kerusuhan di Kalbar yang antara lain berkaitan dengan isu antar etnis dan agama. Kerusuhan tersebut pun merugikan banyak pihak yang kehilangan harta dan benda hingga anggota keluarga.
Namun, Karolin yakin bahwa kerusuhan-kerusuhan serupa tidak akan terjadi lagi jika seluruh masyarakat bekerja sama untuk mencegahnya, sehingga pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Kalbar berjalan lancar. Ia juga ingin meneruskan pencapaian sang ayah, Cornelis yang selama dua periode memimpin Kalbar dapat menciptakan hubungan yang rukun dan harmonis dalam masyarakat.
"Makanya selama masa pemerintahan Pak Cornelis-Christiandy, masyarakat Kalbar bisa hidup dengan harmonis dan rukun. Dan ini tetap terjadi pada pelaksanaan pilkada Kalbar ini," lanjut mantan anggota Komisi IX DPR RI ini.
Dalam setiap kali kampanye, Karolin pun selalu menekankan pentingnya komunikasi dan silaturahmi yang baik, sehingga tercipta rasa aman dan nyaman di Kalbar.
"Makanya, setiap melaksanakan kampanye, saya selalu berpesan kepada masyarakat, agar kita menjalani Pilkada ini dengan suasana penuh kekeluargaan, tidak memprovokasi apa lagi menebarkan fitnah dan ujaran kebencian. Karena apapun suku dan agama kita, kita merupakan satu keluarga Kalbar," kata kandidat yang diusung PDI Perjuangan, Demokrat, Perindo dan PKPI.
Ia menambahkan, masyarakat harus menggunakan hak pilihnya. Sebab, suara mereka sangat penting untuk ikut menumbuhkan pembangunan Kalbar ke depan.
"Silakan pilih calon yang menurut kita mampu dan sanggup memimpin Kalbar, karena saya dan pak Gidot yakin mampu untuk memimpin Kalbar menjadi lebih baik," tandasnya.
(Salman Mardira)