8 Fakta Jembatan Babat yang Roboh, Salah Satunya Sering Bunyi "Kriyek-Kriyek"

Avirista Midaada, Jurnalis
Selasa 17 April 2018 22:10 WIB
Share :

TUBAN - Robohnya jembatan yang menghubungkan ruas jalur pantura Babat, Lamongan dengan Tuban mengejutkan banyak pihak. Akibat peristiwa tersebut setidaknya 1 unit truk dump, dua unit truk trailer, dan satu unit sepeda motor terjatuh masuk ke Sungai Bengawan Solo.

Namun ada sejumlah fakta mengejutkan dan menarik terkait jembatan yang juga jadi penghubung jalan nasional Surabaya - Semarang ini.

1. Tak Pernah Direhab Total

Jembatan yang roboh ternyata telah berusia cukup tua yakni 35 tahun. Di sepanjang usia itu jembatan Babat ini tak pernah mendapat perbaikan total hanya pengerasan baut dan pengaspalan jalan yang retak.

"Perawatan berkala itu seperti pengerasan baut dan pengisian retakan (jalan retak, red)," ungkap Satuan Kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah VIII, Tugiman, saat ditemui di lokasi.

Namun ia menampik jika jembatan tersebut perlu penggantian konstruksi yang ada. "Kondisi jembatan secara keseluruhan tidak ditemukan adanya konstruksi yang harus diganti," lanjutnya.

2. Sudah Diperingatkan Kapolres Tuban

Sebelum robohnya jembatan, ternyata AKBP Sutrisno saat masih menjabat sebagai Kapolres Tuban sebelum digantikan Kapolres Tuban yang baru AKBP Nanang Haryono, sudah mengingatkan terkait konstruksi jembatan Babat yang dirasa sudah mengkhawatirkan.

Hal ini disampaikan oleh Bupati Tuban Fatkhul Huda saat meninjau lokasi kejadian Selasa sore. "Sudah pernah diingatkan atau disampaikan oleh Kapolres Tuban, jika jembatan sudah waktunya diperbaiki," ujarnya.

Namun Huda menambahkan tak ada respons dari pihak Kementerian PU maupun BBPJN. "Sudah berulang kali disampaikan ke PU. Tapi tidak tahu tak kunjung diperbaiki," lanjutnya.

3. Melintasi Sungai Bengawan Solo

Jembatan yang roboh tersebut berada di sisi utara di wilayah Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban. Sementara sisi selatan tepatnya di sebelum Sungai Bengawan Solo masuk wilayah Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan.

Di bawahnya terdapat jalan provinsi menuju Kabupaten Bojonegoro, Nganjuk, dan Jombang. Sementara sisi utara yang berada tepat di atas Sungai Bengawan Solo merupakan wilayah Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.

Sungai Bengawan Solo sendiri menjadi pembatas sekaligus memisahkan antara dua kabupaten tersebut. Maka tak heran orang yang melintas daerah tersebut lebih sering menyebut jembatan Babat daripada Jembatan Widang.

Meski secara panjang jembatan ruas jalan Widang, Tuban lebih panjang daripada ruas jalan yang masuk wilayah Kecamatan Babat, Lamongan.

4. Jalur Utama Pantura Surabaya - Semarang

Jembatan Babat tersebut berada di jalur pantura utama yang menghubungkan jalur Surabaya - Semarang maupun sebaliknya.

Meski ada jalur utama lainnya yang melintasi Brondong, Paciran, hingga di Sedayu, Gresik. Jalan tersebut menjadi alternatif kendaraan - kendaraan baik truk, bus, mobil pribadi, dan lainnya melintasi menuju Surabaya atau sebaliknya ke Tuban.

Kontur jalan yang lebar dibandingkan jalur utara melalui Brondong menjadi salah satunya. Selain itu, ruas jalan Babat - Lamongan - Surabaya juga jarang terjadi kemacetan kecuali di beberapa titik lampu merah dan persimpangan kereta api.

5. Sering Bunyi 'Kriyek - Kriyek'

Meski BBPJN Wilayah VIII mengklaim konstruksi jembatan tak ada yang perlu diganti. Namun dari pantauan beberapa kali melintasi jembatan tersebut seolah berbunyi 'kriyek - kriyek' dan bergetar. Getaran ini kian terasa bila ada truk dengan tonase besar melintasi jembatan tersebut.

"Sering lewat sini. Saya kalau ke Pasar Babat lebih memilih lewat jembatan ini. Memang kerasa bergoyang hebat bersamaan dengan truk atau bus. Jembatan juga sering bunyi kriyek - kriyek," ujar Suparman, salah seorang pengendara sekaligus pedagang di Pasar Babat.

Ia menambahkan meski agak khawatir jarak tempuh yang singkat membuat ia tetap memilih menyebrangi jembatan dibandingkan menggunakan jalan lain.

6. Jembatan sedang Proses Rapat untuk Perbaikan

Baru dirapatkan untuk diwacanakan diperbaiki total oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah VIII sejak Senin 16 April 2018 ternyata jembatan yang dimaksud sudah terlebih dahulu roboh.

"Kita sedang rapat pembahasan perbaikan Jembatan Widang. Lha kok malah ambruk duluan,” ujar Tugiman, Satuan Kerja (Satker) BBPJN Wilayah VIII.

Bahkan menurutnya, 4 April 2018 lalu telah dilakukan penandatanganan kontrak pelaksanaan perbaikan jalan antara BBPJN Wilayah VIII dengan kontraktor.

“Sebelumnya perbaikan dengan pengerasan baut atau dratting. Tahun ini akan diperbaiki, tapi sudah ambruk,” lanjutnya.

7. Batas Maksimal Melintasi Jembatan Adalah 50 Ton

Jembatan yang roboh selama ini hanya boleh dilintasi kendaraan dengan kapasitas maksimal 50 ton. Namun yang terjadi saat kejadian ada tiga unit truk dengan perkiraan bermuatan total 120 ton.

Hal ini dibenarkan oleh Satker BBPJN Wilayah VIII, Tugiman, yang menyebut jembatan tak mampu menahan beban besar. "Ada tiga truk tronton bermuatan penuh yang ada di atas jembatan. Dugaan kami di atas 50 ton," bebernya.

8. Jembatan Miliki Dua Sisi Berbeda

Jembatan yang ambruk merupakan jembatan sisi barat yang dilalui arus lalu lintas dari Lamongan atau Surabaya menuju Tuban hingga Semarang.

Sementara sisi bagian timur digunakan arus lintas dari utara menuju selatan. Jalur ini dilalui oleh kendaraan dari Tuban atau Semarang menuju Lamongan dan Surabaya.

Akibat robohnya jembatan tersebut, arus lalu lintas dilakukan sistem contra flow dengan sistem buka tutup bagi kendaraan bermuatan berat.

"Kendaraan besar baik bus atau truk Satlantas Polres Lamongan memberlakukan sistem contra flow dan buka tutup melalui sisi timur jembatan Babat yang masih dalam kondisi baik," tutur Kapolres Lamongan AKBP Feby DP Hutagalung, saat dihubungi Okezone.

Sementara untuk kendaraan pribadi dan kendaraan kecil dialihkan melintasi Pucuk menuju Kecamatan Maduran, Laren, hingga tembus Jalur pantura Brondong, Lamongan.

(Khafid Mardiyansyah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya