Mengapa Astronot Eropa Harus Bisa Bahasa Mandarin?

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Jum'at 20 Juli 2018 11:20 WIB
Foto: Getty.
Share :

Bersama Cristoforetti dan astronot Prancis Thomas Pesquet, Maurer juga belajar bahasa Mandarin. "Ini bagus tapi butuh perbaikan," akunya. Meskipun, dia memberi tahu saya, namanya dalam bahasa Mandarin diterjemahkan sebagai "Kuda Surga".

Amerika Serikat tidak akan menyetujui kerjasama dengan China di ruang angkasa - bahkan di Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS). Namun ESA tetap membuka opsi itu supaya astronotnya bisa mengorbit.

Dengan China di jalur untuk meluncurkan stasiun luar angkasa berukuran penuh pertama pada 2023, dan dengan misi robotik negara itu diluncurkan akhir tahun ini ke sisi terjauh dari bulan, keputusan ESA untuk mempertahankan hubungan dengan Amerika dan Rusia namun juga bermitra dengan kekuatan baru yang muncul akan terlihat bergerak cerdik.

"Esa merupakan kerja sama 23 negara anggota, jadi kami tahu apa yang diperlukan untuk menyatukan para mitra," kata Maurer.

"Kami berbicara banyak bahasa, kami memiliki kesadaran antar budaya dan kami adalah perekat yang sempurna untuk membawa China ke dalam ruang keluarga internasional yang besar ini."

Baru-baru ini China menandatangani perjanjian dengan Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Ruang Angkasa untuk membuka stasiun ruang angkasa baru bagi penelitian internasional. Ini juga bisa diperluas ke astronot terbang, dengan cara yang mirip dengan program Soviet Intercosmos pada 1970-an dan 80-an, yang melihat astronot dari negara-negara sekutu - termasuk Mongolia, Kuba, Afghanistan dan Suriah - terbang ke stasiun ruang angkasa Rusia.

"Kesan saya adalah bahwa setiap negara di dunia yang ingin menerbangkan astronot dapat menghubungi China melalui PBB dan berpotensi masuk ke ruang angkasa," kata Maurer. "Bukan hanya orang Eropa, tetapi negara-negara berkembang yang mungkin tidak memiliki program astronot saat ini."

Eropa berada di garda terdepan dalam permainan ini dan, dalam beberapa bulan mendatang, astronot ESA akan memulai pelatihan di kapsul China, berharap salah satu dari mereka mendapat posisi co-pilot pada misi masa depan.

"Di Soyuz, kursi kiri adalah co-pilot, jadi kami pergi ke China dan mengatakan kami perlu bernegosiasi keras untuk memastikan kami mendapatkan kursi sebelah kiri itu," jelas Maurer.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya