MAKASSAR - Anak-anak korban gempa dan tsunami yang menerjang Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), yang diungsikan ke di kompleks SD dan TK Panrita milik Yayasan Akar Panrita di Kecamatan Manggala, Makassar, akan mendapat pendidikan.
Ketua Yayasan Akar Panrita Ahmad Hidayat mengatakan anak-anak ini rencananya bakal ditampung hingga mereka siap untuk pulang ke kampung halamannya.
"Dengan catatan mereka dipastikan tidak terlantar di sana. Untuk anak-anak yang belum ketemu orang tua, kita terus komunikasi dengan orang-orang di Palu," kata Hidayat kepada Okezone Rabu (3/10/2018).
Kebetulan, kata Hidayat, di posko ini ada ketua regu pengungsi yang kenal dengan para orang tua mereka. Olehnya itu anak-anak korban gempa dipastikan tidak hanya tinggal diam di posko ini.
(Baca Juga: Status Netizen di 2015 Soal Jembatan Kuning di Palu Jadi Kenyataan)
Yayasan bakal mengikutkan mereka sekolah pada SD dan TK di lokasi pengungsian. Mereka mulai belajar pada Senin pekan depan.
“Karena kebetulan saya mendirikan sekolah di sini, maka kami siap sekaligus menampung anak-anak untuk ikut belajar,” jelas Hidayat
Di posko ini sudah menampung 135 orang, terdiri dari 86 anak beragam usia. Sisanya ibu-ibu dan tiga orang lelaki dewasa. Mereka masuk secara bertahap sejak Senin 1 Oktober.
“Ada sepuluh di antara mereka yang terpisah dan belum bertemu dengan orang tuanya,” tutur Hidayat.
Selain di posko ini, mereka korban gempa Palu ada juga ditempatkan di sejumlah posko pengungsian yang tersebar di dalam kota Makassar. Ahmad menyebutkan, selain itu datang bantuan yang masuk ke posko rata-rata terdiri dari barang kebutuhan para korban.
Antara lain pakaian bekas, bahan makanan siap saji, perlengkapan mandi, dan barang kebutuhan sehari-hari. Sejauh ini, dia menyebut kebutuhan yang mendesak sudah cukup terpenuhi.
“Secara kasat mata, bantuan sangat banyak dan melebihi kapasitas. Tapi kita mesti lihat jangka panjangnya. Karena anak-anak ini tidak mungkin di sini hanya sampai 3-4 bulan,” kata Dia.
(Angkasa Yudhistira)