BAGHDAD - Sejak setahun pasca-kalah dalam perang yang menghancurkan sebagian besar kota dan pemukiman di Irak, kelompok ISIS masih berupaya mempertahankan sisa-sisa kekuatannya di bagian timur Suriah. Ya, mereka masih saja terlibat pertempuran sengit dengan pasukan yang didukung Amerika Serikat (AS).
Terdesak di salah satu sudut perbatasan Irak, paraa militan ISIS melakukan perlawanan keras yang menewaskan ratusan orang, sambil menyebarluaskan video-video pemenggalan kepala orang-orang yang mereka sandera sebagai propaganda mengerikan kelompok yang berniat mendirikan kekhalifahan di wilayah itu.
Pertempuran di Hajin yang telah berlangsung selama tiga bulan menunjukkan sulitnya melawan kelompok ekstremis yang bertekad untuk bertahan itu. Di Irak, kini ada kekhawatiran bahwa kelompok itu dapat bangkit kembali.
Sel-sel tidur ISIS yang baru-baru ini melancarkan sejumlah serangan berdarah terhadap pasukan keamanan, menculik dan membunuh warga sipil di empat propinsi di bagian utara dan tengah, yang pernah menjadi bagian dari kekhalifahan kelompok itu.
Seorang pejabat intelijen senior Irak mengatakan bahwa masih ada bahaya besar di Irak dan Suriah, khususnya di daerah-daerah di dekat perbatasan. Demikian kata pejabat intelijen yang enggan disebutkan identitasnya, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (9/12/2018).
Menurutnya, ISIS kehilangan pendapatan utamanya dari minyak dan pajak yang diberlakukan di daerah-daerah yang dikuasainya. Kelompok itu kini mengandalkan pada penjualan emas dan benda berharga lain yang mereka dapatkan setelah menyatakan kekhalifahan pada Juni 2014. Ditambahkan, uang itu digunakan untuk membeli senjata api dan membiayai serangan di Irak dan Suriah.
Seorang pejabat intelijen Irak lainya berujar bahwa ISIS telah mulai merestrukturisasi komandonya dan setelah sebagian besar pemimpinnya tewas di tangan pasukan koalisi. Mereka kini lebih mengandalkan pada komandan yang bukan berasal dari Irak.