BAGI Presiden Joko Widodo (Jokowi), blusukan memiliki makna yang dalam. Bukan sekedar mengunjungi suatu tempat, tapi menjangkau sampai sudut terdalam.
Melalui blusukan, Jokowi berhasil memenangkan Pilkada Solo, Pilgub DKI Jakarta, hingga Pemilihan Presiden. Bukan cuma karena caranya yang unik, tapi blusukan menjadi cara Jokowi agar bisa tahu apa yang rakyat mau. Dan ketika itu menjadi kehendak rakyat, tentu akan diperjuangkannya.
Seperti saat dia jadi Wali Kota Solo. Setelah masuk keluar kampung dan memantau sudut-sudut kota, dia jadi tahu betapa semerawutnya tanah kelahirannya itu.
Celakanya, baru beberapa hari menjabat, Jokowi mendapati kabar bahwa pabrik es tertua di Indonesia, Sari Petodjo, akan diruntuhkan. Bangunannya bakal diganti dengan mal. Ia lalu berjuang mati-matian demi menyelamatkan nilai-nilai bersejarah di Solo. Tentu banyak pihak yang menentang keinginannya itu.
“Sadarlah saya, dalam bisnis kita sangat mudah menambah sahabat. Dalam politik, sangat mudah menambah musuh,” kata Jokowi seperti yang dikutip Okezone dari buku “Jokowi Menuju Cahaya” karya Alberthiene Endah, Kamis (27/12/2018).
(Baca Juga: Saat Hidup Miskin, Dalam Hati Jokowi Bilang "Siapa Sudi Dengar Orang Susah Bicara?")
Sekedar diketahui, Jokowi adalah pengusaha meubel. Dia bahkan sempat jatuh bangun dalam menjalankan bisnisnya dengan merugi hingga Rp60 juta lantaran pemesan meubelnya kabur entah ke mana.
Ia pun sadar tidak bisa menolak kemajuan zaman di mana pembangunan terus berjalan. Tapi setidaknya, masih bisa mempertahankan “akar”. Salah satunya dengan melestarikan bangunan bersejarah yang jadi ikon suatu daerah. Hal itulah yang membuat Jokowi bertekad mempertahankan bangunan pabrik Sari Petodjo.
Singkat cerita, Sari Petodjo berhasil diselamatkan. Barangkali, kata Jokowi, nilai secara rupiahnya kalah dibanding mal, tapi nilai sejarah dari bangunan itu tidak berbatas. Namun, pada tahun 2012, bangunan tersebut tetap menjadi hotel lantaran dinilai tidak layak disebut cagar budaya.
Tak cuma bangunan, Jokowi pun mengembalikan fungsi taman-taman kota yang sebelumnya justru dijadikan perjuadian hingga prostitusi liar.
“Sebab rakyat berhak untuk tidak ketakutan saat melintasi kawasan itu. Dan rakyat juga berhak menikmati keindahan,” ujar Jokowi.
(Angkasa Yudhistira)