Mengapa Orang Sudan Lebih Memilih Simpan Uang di Bawah Kasur daripada Bank?

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Senin 14 Januari 2019 08:02 WIB
Unjuk rasa antipemerintah mulai pada bulan Desember terkait dengan peningkatan harga roti. (Reuters)
Share :

Dia mendesak mereka untuk mengurangi penggunaan kekerasan saat menghadapi para pemprotes, tetapi al-Bashir kemudian terkesan memberikan pernyataan yang berlawanan saat mengatakan: "Apa hukuman yang tepat? Pembunuhan, eksekusi, tetapi Tuhan memandangnya sebagai sebuah kehidupan karena hal ini dapat mencegah tindakan pihak lain agar keamanan terpelihara."

Pernyataan ini dipandang sebagai lampu hijau untuk menerapkan pendekatan yang lebih keras. Hari berikutnya, saat ribuan orang turun ke jalan-jalan di Khartoum, tiga orang ditembak di bagian kepala dan seorang dokter ditembak di bagian pahanya oleh penembak jitu, kata para pegiat.

Sementara itu pemerintah menuduh sejumlah orang dari Darfur berada di belakang unjuk rasa, melakukan sabotase dan vandalisme.

Sekelompok mahasiswa Darfur yang bukan keturunan Arab ditangkap. Mereka diduga telah dilatih intelijen Israel untuk menyabotase negara. Rekan-rekan mereka telah menyangkal dan menuduh pemerintah menjadikan mereka sebagai kambing hitam.

Sebagai bentuk dukungan pada para mahasiswa, pengunjuk rasa menambahkan teriakan, "Anda kelompok rasis yang sombong, kami semua orang Darfur", saat mereka berdemonstrasi.

Presiden Bashir berjanji meningkatkan gaji pegawai negeri untuk mengatasi masalah, tetapi tindakan ini sepertinya tidak akan mengatasi inti masalah.

Dalam pidato di depan para pendukungnya di Khartoum, dia menyebutkan apa yang terjadi di Suriah sebagai sebuah peringatan, dengan mengatakan ketidakstabilan dapat membuat mereka menjadi pengungsi.

Tetapi Sudan sudah beberapa tahun menghadapi masalah ekonomi dan persoalan meningkat karena pemisahan Sudan Selatan pada tahun 2011, padahal wilayah tersebut menghasilkan sepertiga produksi minyak Sudan.

'Penembak jitu, kami lihat Anda'

Negara ini juga diasingkan dunia dan meskipun sejumlah sanksi Amerika Serikat terkait terorisme dan pelanggaran HAM telah dicabut pada tahun 2017, keadaan tidak membaik.

Berbagai usaha presiden Sudan untuk memiliki sekutu baru, lewat kunjungan ke presiden Suriah dan pengiriman pasukan ke Arab Saudi, sepertinya tidak berguna.

(Baca Juga : Gaji Diplomat Tidak Dibayar, Menlu Sudan Dipecat)

Sementara itu, meskipun antrean roti dan uang kontan terus berlanjut, keadaan di Khartoum telah berubah jika dibandingkan saat unjuk rasa dimulai.

Warga merasa ketakutan. Sebagian perempuan mengatakan mereka berhenti keluar karena tidak ingin meninggalkan anak mereka di rumah, berbeda dengan lima tahun lalu saat mereka ikut serta unjuk rasa antipemerintah.

Tetapi terdapat juga keberanian. Penduduk terdengar meneriaki petugas bersenjata yang mengawasi mereka dari atap gedung dengan mengatakan, "Penembak jitu, kami dapat melihat Anda!"

(Baca Juga : Presiden Turki Tuntut Semua Sanksi Ekonomi Sudan Dicabut)

(Erha Aprili Ramadhoni)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya