Apa Dampak Penutupan Pemerintahan terhadap Warga Indonesia di AS?

Agregasi VOA, Jurnalis
Kamis 17 Januari 2019 09:22 WIB
Foodtruck WNI di AS (VoA)
Share :

WASHINGTON DC - Penutupan sebagian kegiatan pemerintahan atau government shutdown yang berlarut-larut di Amerika Serikat sudah memasuki minggu ke empat. Ini merupakan penutupaan pemerintahan terlama dalam sejarah Amerika yang berdampak kepada 800 ribu pegawai pemerintah yang terpaksa dirumahkan atau harus bekerja tanpa dibayar.

Warga Indonesia, Nina Marzoeki, adalah salah satunya. Dalam 13 tahun terakhir ini, Nina bekerja sebagai karyawan paruh waktu di salah satu kebun binatang tertua di Amerika, Smithsonian's National Zoo, yang berlokasi di Washington, D.C. Kebun binatang ini mendapat sokongan biaya dari pemerintah untuk beroperasi.

 Baca juga: Ivanka Trump dan Nikki Haley Disebut Jadi Calon Presiden Bank Dunia dari AS

Walau tidak seluruh karyawan kebun binatang dirumahkan, khususnya mereka yang bertugas mengurus binatang-binatang di sana, iya merasakan dampak yang sangat besar terhadap keuangan hidupnya. Ia harus menerima kenyataan tidak digaji, karena hanya bekerja tiga hari dalam seminggu.

“Dampaknya kerasa banget,” ujar Nina saat dihubungi.

“Kalau yang full-time mungkin ada bantuannya, tapi kalau kayak Nina enggak,” tambah Nina.

 

Ini bukan pertama kalinya Nina terimbas ‘government shutdown.’ Ia pernah juga merasakan dampaknya saat terjadi penutupan pemerintahan tahun 2013, yang berlangsung selama 16 hari lamanya.

 Baca juga: Berkunjung ke Perbatasan AS-Meksiko, Trump Pertegas Ancaman soal Tembok

“Teman Nina (bilang), ‘Oh my God, gue enggak bisa bayar bill nih, tertunda.’ Udah jelaslah kalau masalah finansial, apalagi yang single mom gitu kan,” ceritanya lagi.

Untuk mencari pekerjaan lain pun tidak mudah. Untuk mengatasi rasa frustrasi yang melanda, Nina bercerita kalau temannya kemudian memilih untuk keluar rumah dan berlibur.

“Jalan ke New York, jalan ke mana. Walaupun tidak ada uang. Ya, enggak ada pilihan mereka,” paparnya.

Nina sendiri berusaha untuk mengambil sisi positif dari penutupan pemerintahan ini dengan meluangkan lebih banyak waktunya bersama keluarga, khususnya anak-anak yang tengah libur akhir tahun.

 Baca juga: Salah Satu Gedung Tertinggi di Dunia Siap Dijual

“Ya bosan di rumah, biasa keluar. Tapi ada anak-anak ya senang juga. Sebenarnya anak-anak kan masih libur winter break kan, jadi sekolahnya masih libur. Terus ketambah snow, jadi (libur) juga. Kehiburnya gitu aja. Cuman kalau sudah mikir melihat ke bank, ‘aih, enggak ada uang masuk nih,” ujarnya.

Selama tutupnya sebagian kantor pemerintah Amerika ini banyak supermarket dan restoran yang menawarkan makanan gratis bagi mereka yang terkena dampaknya. Namun, Nina memilih untuk tidak pergi seperti yang dianjurkan anak-anak dan temannya.

“Kali ada orang yang lebih perlu, biarin aja deh. (Mama) udah cukup telor,” cerita Nina saat menanggapi anjuran anak-anaknya.

Untungnya Nina memiliki pekerjaan sampingan, yaitu sebuah bisnis barang-barang promosi dan suvenir yang ia dirikan bersama temannya, yang ia lakoni dari rumah. Sejauh ini bisnisnya tidak terdampak oleh penutupan pemerintah.

“Kliennya memang konsisten ya. Contohnya klien (saya) AU (American University) kan jadi ya merchandise AU ya tetap order aja,” ujarnya.

Taman-taman nasional di Amerika yang dibiayai oleh pemerintah juga menjadi klien Nina. Namun, biasanya pemesanan banyak mereka lakukan di musim panas atau pertengahan tahun.

“Jadi kalau winter emang kalau dari government kayak dari park-park memang enggak begitu banyak. Tapi kalau summer meemang iya kita mulai lagi, karena buat summer camp, banyak kegiatan kan untuk summer. Jadi mereka selalu pesan t-shirt atau tas backpack atau water bottle, sometime mereka pesan frisbie yang buat main di luar,” paparnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya