Pidato Presiden Xi Jinping dalam perayaan 40 tahun Hubungan Lintas Selat China-Taiwan di Beijing, Selasa 1 Januari 2019 lalu membuat suhu politik global meninggi. Presiden Xi secara terbuka menyatakan akan menggunakan kekuatan militer kepada Taiwan jika negara pulau pimpinan Tsai Ing Wen itu tetap menolak bersatu sepenuhnya dengan China. Ancaman itu dilontarkan tepat 40 tahun sejak pengiriman pesan ajakan reunifikasi kepada Taiwan pada 1979.
Melalui anggota Komisi Militer Pusat China, Jenderal Li Zuocheng, China juga telah mengirim pesan langsung kepada Amerika Serikat yang dianggap sebagai sekutu tak resmi Taiwan, bahwa mereka tidak segan menggunakan kekuatan militer untuk menguasai Taiwan. Gertakan ini tidak bisa dianggap remeh, karena AS pun telah mengakui modernisasi militer China.
Laporan Badan Intelijen Pertahanan AS memaparkan Beijing terus meningkatkan kapabilitas militer secara masif dalam beberapa tahun terakhir. Laporan Pentagon berjudul ‘China Military Power’ menyebut bahwa China saat ini berada di puncak pencapaian dalam teknologi militer dan mengerahkan sistem senjata paling modern di dunia.
Belum lama ini China telah membuat terobosan dengan mengembangkan senjata mutakhir untuk memperkuat militernya. Senjata yang dikembangkan oleh Angkatan Laut China tersebut bernama hypersonic weapon yang memiliki jarak tembak 200 km dengan kecepatan 2,5 km per detik atau tujuh kali lebih cepat dari kecepatan suara. Senjata tersebut diindikasikan telah diuji coba oleh Angkatan laut China di wilayah perairan China Timur, yang dipasang pada kapal perang dengan jenis Tank Landing Ship (TLS).
Mewaspadai Potensi Konflik Kawasan