CARACAS – Presiden Venezuela, Nicolas Maduro telah memerintahkan penutupan kedutaan besar dan konsulat Amerika Serikat (AS) di negaranya, sehari setelah Caracas memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Washington, menyusul pengakuan AS terhadap presiden tandingan Venezuela dari pihak oposisi.
Diwartakan RT, Jumat (25/1/2019), pada Rabu, Maduro telah memerintahkan semua diplomat AS untuk meninggalkan Venezuela dalam waktu 72 jam. Namun, presiden tandingan dari pihak oposisi yang didukung Washington, Juan Guaido, menyatakan perintah Maduro tak berlaku, dengan Departemen Luar Negeri mengumumkan tidak ada diplomat AS yang akan meninggalkan Venezuela. Washington mengancam akan ada konsekuensi jika terjadi sesuatu pada diplomat mereka.
BACA JUGA: Washington Akui Oposisi Sebagai Presiden Venezuela, Maduro Usir Puluhan Diplomat AS
Guaido adalah pemimpin Majelis Nasional Venezuela, sebuah badan legislatif yang terakhir dipilih pada 2015. Dia mengklaim Maduro telah merebut kekuasaan di Venezuela secara ilegal dan memproklamirkan dirinya sendiri sebagai presiden Venezuela. AS menyatakan mengakui klaim Guaido sebagai presiden oposisi, langkah itu kemudian diikuti dengan cepat oleh Brasil, Kanada, kepemimpinan Uni Eropa, dan sebagian besar anggota Organisasi Negara-negara Amerika (OAS).
Meksiko dan Bolivia dua negara tetangga Venezuela tidak menyatakan pengakuannya terhadap Guaido, dengan Presiden Bolivia, Evo Morales menyatakan dukungan untuk Maduro.
BACA JUGA: Maduro Kembali Jadi Presiden Venezuela, Negara Tetangga Putus Hubungan Diplomatik
Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza menuduh AS telah memprovokasi terjadinya kudeta di Caracas. Dalam sebuah wawancara dengan, Arreaza menggambarkan negara-negara yang mengakui Guaido sebagai “bawahan yang melaksanakan perintah tuannya" di Washington.
(Rahman Asmardika)