Otoritas Venezuela Sita Puluhan "Senjata Kiriman AS"

CARACAS – Pihak berwenang Venezuela mengumumkan bahwa mereka telah menyita gudang penyimpanan senjata yang diduga dikirimkan oleh Amerika Serikat (AS) pada Selasa. Pengumuman itu muncul di saat Presiden AS, Donald Trump menyatakan dukungannya pada oposisi Venezuela dalam pidato kenegaraannya.

Kementerian Dalam Negeri Venezuela mengatakan telah menemukan senjata-senjata buatan AS ditemukan di sebuah gudang di Bandara Internasional Arturo Michelena, di Kota Valencia. Simpanan senjata yang ditemukan termasuk sedikitnya 19 senapan dan 118 magasin, peluru kaliber besar, juga sebanyak 90 radio dan enam ponsel.

BACA JUGA: Tentara Pembelot Venezuela Minta Bantuan Senjata dari AS untuk Gulingkan Maduro

Otoritas Venezuela menduga barang-barang itu dikirimkan dari Miami, Florida pada Minggu dan telah melakukan penyelidikan untuk mengetahui siapa yang akan menerima kiriman itu. Demikian diwartakan RT, Rabu (6/2/2019).

Meski AS tidak pernah mengesampingkan opsi militer untuk mendukung klaim Juan Guaido atas kekuasaan di Venezuela, sejauh ini Washington telah menyerukan transisi kekuasaan secara damai di negara Amerika Latin itu.

Kami mendukung rakyat Venezuela dalam pencarian mereka yang mulia untuk kebebasan, ” kata Donald Trump dalam pidato kenegaraannya pada Selasa, menawarkan dukungan penuh untuk oposisi Venezuela dan pemimpin Majelis Nasional, Juan Guaido.

"Kami mengutuk kebrutalan rezim Maduro," tambah Trump menyalahkan Caracas, atas kejatuhan ekonomi negara yang dicekik oleh sanksi AS.

BACA JUGA: Presiden Maduro Peringatkan Kemungkinan Perang Saudara di Venezuela

Juan Guaido memproklamirkan diri sebagai presiden interim Venezuela pada 23 Januari dan mendapat dukungan dari Washington, Uni Eropa dan sebagian besar negara Amerika Latin beberapa hari kemudian. Menyusul deklarasi tersebut, beberapa demonstrasi besar, baik menentang atau mendukung Maduro terjadi di Venezuela.

Pemerintah Venezuela mengecam langkah yang dilakukan Guaido sebagai sebuah "upaya kudeta" dan memperingatkan terhadap campur tangan internasional atau tindakan militer yang mungkin diambil terhadap negara kaya minyak itu.

(Rahman Asmardika)