Dinamakan batik ciprat karena dalam memproduksi kain batik ini selalu diwarnai dengan ‘cipratan’ warna abstrak tanpa bentuk. Tapi hasilnya, justru menjadi ciri khas kain batik yang diproduksi para kaum disabilitas ini.
Di rumah Darminah, beberapa warga Dusun Sebelik Rt 02/ RW 01, Desa Banyuasin Kembaran, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, memproduksi batik ciprat. Darmiah pun sekaligus menjadi ibu asuh bagi 14 orang kaum disabilitas yang ikut memproduksi batik ciprat.
Dengan membentuk Yayasan Difabel Intelektual Restu Ibu (DIRI), Darminah bersama suaminya Ngadirin, berupaya memberdayakan para kaum disabilitas untuk berkarya dan membangun kehidupan secara ekonomi.
“Hasilnya memang belum besar karena berbagai keterbatasan, namun batik produksinya sudah banyak dikenal masyarakat,” kata Darminah, Rabu (6/2/2019).