“Pertanyaan tentang keberadaan kontingen militer yang bertindak atas wewenang pihak ketiga di sebuah wilayah negara yang berdaulat, dan khususnya di Suriah, harus diputuskan langsung oleh Damaskus,” ujar Zakharova dalam konferensi pers. “Ini posisi utama kami.”
Delapan tahun setelah dimulainya perang, Suriah tetap tidak stabil. Selama ini, kuatnya kehadiran militer Rusia dan milisi Hizbullah yang didukung Iran telah membantu Bashar al-Assad dan pemerintahannya mempertahankan kekuasaan. Sekarang, kata analis, rencana Presiden Trump AS untuk menarik pasukan dari Suriah telah membuka skenario baru.
Baca: Penarikan Pasukan AS dari Suriah Berpotensi Meningkatkan Konflik
Baca: 7 Tahun Perang Saudara di Suriah, Penggunaan Senjata Kimia Telah Menyebar
Analis Vladimir Evseev mengatakan, “Ini adalah isu yang sangat penting: bagaimana cara mengatasi masalah Kurdi Suriah. Rusia dan juga Iran lebih suka mengintegrasikan Kurdi Suriah ke dalam satu negara kesatuan. Turki ingin memberikan tekanan, dengan paksa, kepada mereka."
Rusia, Turki, dan Iran ingin mencari titik temu. Menjelang KTT mereka, prospek penarikan pasukan AS disambut baik.