Hal senada dilontarkan sejarawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Johan Wahyudi. Menurutnya, dari dulu hingga sekarang fungsi pelabuhan tidak pernah berubah, yakni sama-sama menjadi roda penggerak ekonomi.
"Tapi manajemennya berubah seperti yang Anda lihat sekarang kenapa pelabuhan Sunda Kelapa agak menjorok ke dalam, itu hasil tata kelola Belanda. Bahkan di masa VOC, Pulau Seribu itu jadi tempat galangan kapal untuk membetulkan kapal para saudagar. Terutama kapal yang memerlukan pembetulan kapal di pulau bahkan mereka menyewa tenaga asing menyewa untuk menginap di pulau itu," kata Johan terpisah.
Untuk itu, dia berharap agar pemerintah melakukan restrukturisasi pelabuhan tersebut guna mendapatkan devisa dari luar negeri, mengingat nilai historisnya yang tinggi sehingga sangat memungkinkan pengunjung dari berbagai belahan dunia untuk datang.
"Karena Sunda Kelapa dulu belum ada bangunan permanen hanya pasar bangunan kayu. Sekarang kan yang paling kokoh bangunan Belanda. Saya berharap bangunan yang ada itu direnovasi dan Pelabuhan Sunda Kelapa jadi wisata dalam skala luas. Ini penting untuk membangun ingatan kolektif," tuturnya.
"Bagaimanapun, Batavia itu ibu kota VOC di Asia, mencakup kantor dagang di Jepang. Hong Kong itu pusatnya di Batavia bukan hanya Nusantara. Yang terbesar di Asia itu ya Batavia itu. Nah, ingatan ini kan hilang karena pembawa kebijakan kita enggak menganggap ini penting," kata Johan menandaskan.
(Rizka Diputra)