Pilpres di Antara Cinta dan Nestapa

Opini, Jurnalis
Minggu 31 Maret 2019 19:22 WIB
Ilustrasi Pemilihan Umum (Foto: Okezone)
Share :

PILPRES atau pemilu di Indonesia acapkali disebut pesta rakyat. Sebagai pesta, tentu rasa riang, senang, gembira, dan bahkan ketawa-ketiwi sambil berharap pagi tak pernah datang karena sepanjang malam dihiasi kesenangan.

Saya masih ingat ketika PSM menjadi juara liga Indonesia 2000 setelah menekuk Pupuk Kaltim dengan skor 3-2 menempatkan klub bola kesayangan masyarakat Makassar ini tidak hanya menjuarai liga saat itu tetapi juga tampil mewakili Indonesia di piala Champions Asia musim 2000-2001. Semesta warga kota tumpah ruah ke jalan berpesta sepanjang malam merayakan kemenangan klub bola "juku eja" kesayangannya.

Imajinasi pesta yang menggembirakan itu berubah menjadi horor ketika dikaitkan dengan pilpres seperti saat ini. Saling serang, menihilkan paslon satu dengan lainnya, bertetangga tapi bertengkar dan bahkan sekelompok kaum papa harus terusir dari pondoknya hanya karena berbeda pendapat dengan sang tuan tanah pemilik lahan.

Pesta yang diharap menyenangkan segera berubah menyeramkan, kegembiraan sekecap menjadi keganasan, mengubah cinta menjadi benci, ulama penyebar kebajikan menjadi bajingan, pendidik menjadi pendosa, dan pengayom menjadi penyamun. Alangkah mengerikannya !.

Jika pilpres sebagai pesta dimaknai kedalam dua keadaan diatas, pertanyaan yang agak serius adalah apakah yang bermasalah pada pestanya atau pencipta keadaan pesta?. Dengan dua pertanyaan itu, pesta tetaplah dalam makna yang menggembirakan dan menyenangkan bukan menyeramkan.

Para pelaku dalam pesta itulah sejatinya yang mengubah keadaan pilpres dari guluman senyum menjadi gulungan jeram. Mengubah genre alur film, dari romantis menjadi horor dan bahkan laga. Semuanya akan sangat bergantung kepada pelaku-pelaku dalam perhelatan pilpres, dan bukan masyarakatnya.

Agar menjadi pesta rakyat yang sebenarnya, maka mulai dari pasangan calon presiden, tim pemenangan, relawan, pendukung dan simpatisan penuh dengan senyuman meraih dukungan rakyat maka pesta tak harus berakhir menjadi pasta.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya