“Didirikan dalam Semalam”
Sementara dalam laporan Okezone, Berdasarkan penelitian Dinas Purbakala DKI Jakarta pada 1980, masjid ini diperkirakan dibangun pada 22 Juni 1527. Tanggal ini diyakini sebagai hari jadi Jakarta.
Banyak cerita unik dari masjid ini. Misalnya pembangunan yang diklaim selesai dalam semalam, rumah Si pitung dan benteng para pendekar melawan penjajah.
“Kalau kata orang tua dulu, (masjid) ini didirikan hanya dalam waktu semalam," tutur pengurus Masjid Al Alam, Kusnadi kepada Okezone.
Menurut riwayat, saat itu Fatahilah bersama pasukannya dari Demak-Cirebon datang untuk mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Dia membangun masjid sebagai tempat ibadah sekaligus konsentrasi pasukan.
Fatahilah bersama pasukannya kemudian berhasil merebut Sunda Kelapa dan mendirikan Jayakarta.
Arsitektur masjid ini mengandung empat unsur kebudayaan; Jawa, Eropa, China dan Betawi.
"Kalau dilihat dari atas bangunan memiliki gaya joglo itu arsitek Jawa, lalu uwungan agak melengkung dari atas di genting itu, nah itu asal arsitek dari China. Selanjutnya gaya arsitek dari Eropa terdapat dari empat pilarnya atau tiang-tiang dicor yang sangat kokoh. Yang terakhir itu Betawi dilihat dari unsur jendela dan ukirannya," kata Kusnadi.
Masjid ini sengaja dibangun megah dengan gaya campuran karena Marunda saat itu merupakan kota sekaligus pusat perekonomian.
Masa Hindia Belanda, masjid ini jadi pusat dakwah yang melahirkan para pejuang dan benteng pertahanan.
Pada 1884, Gunung Krakatau meletus lalu memunculkan tsunami yang menyapu Sunda Kelapa hingga Marunda. Tapi, Masjid Al-Alam diyakini tak tersentuh, meski kawasan di sekitarnya hancur diamuk gelombang pembunuh.
Berdasarkan serita orang dulu, kata Kusnadi, ombak tsunami terbelah saat tiba di Masjid Al Alam sehingga tak merusak bangunannya.
Di kompleks masjid ada makam KH Jamiin bin Abdullah dan sumur dengan air tiga rasa yang sebagian orang percaya bisa menyembuhkan penyakit.
(Erha Aprili Ramadhoni)