Pada 1740 ketika terjadi pemberontakan orang -orang Tionghoa di Batavia, ribuan orang Tionghoa dibantai oleh Belanda. Mayat orang-orang Tionghoa yang bergelimpangan di jalan-jalan dibawa dan dihanyutkan ke kali.
Sehingga kali dan kampung yang penuh dengan mayat itu diganti namanya oleh penduduk dengan sebutan Kali Angke dan Kampung Angke.
Padahal, sebelum peristiwa itu terjadi, kampung tersebut bernama Kampung Bebek. Muasalnya, karena orang Tionghoa yang tinggal di kampung tersebut banyak beternak bebek.
(Baca Juga: Ternyata di Jakarta Ada Kampung Jaga Monyet, Bagaimana Kisahnya?)
(Arief Setyadi )