Hemeti, Wakil Presiden Sudan yang Tak Lulus Sekolah dan Mantan Pedagang Unta

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Senin 01 Juli 2019 18:43 WIB
Mohammed Hamdan Dagolo (Hemeti), wakil presiden sementara Sudan. Foto/African Report
Share :

DIA berasal dari wilayah Sudan bagian barat, tempat politik, bisnis, dan perang sering kali berkaitan.

Pria di puncak dunia politik Sudan ini adalah mantan pedagang unta, yang melihat perang sebagai cara untuk menjadi kaya dan berkuasa.

Di atas kertas, Mohamed Hamdan Dagolo yang dikenal dengan nama "Hemeti" adalah orang kedua di jajaran junta militer yang menguasai Sudan saat ini. Ia duduk sebagai wakil presiden Dewan Militer Peralihan Sudan.

Tetapi pada kenyataannya, Hemeti, yang tidak lulus sekolah dan berasal dari luar elite militer Sudan, dipandang banyak orang sebagai penguasa Khartoum.

Komandan perang Darfur ini memimpin puluhan ribu orang yang dibayar dan memiliki peralatan yang lebih baik dibandingkan pasukan militer resmi milik Sudan.

Dia juga memiliki banyak uang untuk mendanai milisi - dia memiliki konsesi untuk menambang emas di pegunungan kaya mineral dan dapat bergantung kepada sejumlah teman kuat di Arab Saudi dan sekutu di Teluk.

Menjadi komandan perang

Kemunculannya menjadi penguasa dimulai pada tahun 2003, ketika suku kulit hitam Afrika yang kebanyakan petani melakukan penentangan fisik terhadap pemerintah di daerah barat, Darfur.

Militer kewalahan mengatasi taktik gerilya dan mulai merekrut milisi Arab yang dikenal dengan nama "Janjaweed" - campuran sejumlah kata yang terjemahan harfiahnya adalah 'jin pembawa senjata di atas kuda'.

Saat itu, Hemeti adalah seorang pria ambisius di akhir umur 20-an tahun.

Dilahirkan pada tahun 1975 di antara kelompok Mahamid Arab-Sudan penggembala unta, dia keluar dari SD pada umur 16 tahun untuk mengekspor unta dari Darfur ke Chad bagi pelanggan di Libia dan Mesir.

Pada permulaan konflik, Hemeti memberikan pengamanan kepada konvoi pedagang di Darfur sehingga dia menjadi kaya.

Tidak lama kemudian pemimpin muda ini, membantu memobilisasi pejuang Janjaweed.

Uang, kekuasaan, dan perang

Seperti pria lain di daerah terpencil ini, Hemeti memandang perang sebagai "sarana untuk mendapatkan uang", kata Alex de Waal, yang terlibat dalam perundingan perdamaian di tahun 2006 dan seorang penulis.

Berbagai pemerintahan yang berkuasa di Sudan sejak tahun 1980-an bergantung kepada pasukan paramiliter untuk mengatasi pemberontakan.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya