Korban dari napi tersebut sudah sebanyak 50 anak yang usianya berkisar 9 hingga 14 tahun. Asep menjelaskan bahwa TR melakukan aksinya dengan menggunakan akun palsu dan menggaet anak-anak di bawah umur.
"Dia menggunakan akun fake, palsu, dan menyamar sebagai guru di dunia maya, dan kemudian dia mengundang follower murid tadi, klaim sebagai gurunya," papar Asep.
Baca juga: Sebut Kekerasan terhadap Anak Kejahatan Luar Biasa, Menteri Yohana: Harus Jadi Perhatian Bersama
Melalui akun itu, TR meminta kepada anak-anak yang mengikuti media sosialnya untuk mengirim foto atau video tidak senonoh. Jika tidak mengirim, TR melakukan ancaman yang membuat anak-anak tersebut ketakutan.
"Nah dari kegiatan itu, kenapa anak-anak ini terbawa ke sana? karena ada sebuah ancaman kalau dia tidak mengirimkan itu akan diberi jelek, jadi anak-anak tersiasati seolah dia adalah gurunya di sekolah, dan ketakutan itu dia akhirnya mengirim foto," tutup Asep.
(Hantoro)