Gelora Robert Wolter Mongisidi: Biarkan Peluru Belanda Menembus Dadaku, Merdeka!

Subhan Sabu, Jurnalis
Sabtu 10 Agustus 2019 07:02 WIB
Patung Robert Wolter Mongisidi (Foto: Subhan Sabu/Okezone)
Share :

Keberanian kecerdasan dan pembawaan diri Wolter Mongisidi telah membuatnya makin disegani dan dipercaya sampai memimpin aksi pertempuran melawan tentara Belanda baik di dalam kota maupun di luar kota.

Dengan berbagai taktik dan strategi Wolter memimpin gerakan perlawanan yang mencengangkan serta menegangkan pihak Belanda. Keberhasilan dalam perjuangannya melawan penjajah, serta tekadnya untuk membebaskan bangsa ini dari cengkeraman penjajah sungguh tak dapat diraihnya dengan tuntas karena pada tanggal 28 Februari 1947 Wolter ditangkap tentara Belanda di Sekolah SMP Nasional Makassar.

Walau rantai-rantai mengikatnya di belakang terali besi, namun niat untuk meneruskan perjuangan bersama putra-putra bangsa terbaik tetap bergelora agar terbebas dari kunkungan penjajah.

Pada tanggal 17 Oktober 1948 malam, bersama Abdullah Hadade, HM Yoseph dan Lewang Daeng Matari melarikan diri dari penjara melalui cerobong asap dapur, sebelum pelarian dilaksanakan, kawan-kawan Wolter dari luar telah menyelundupkan 2 buah granat tangan yang dimasukan di dalam roti.

Namun, walaupun tekadnya dapat terwujud tapi udara kebebasan hanya dihirupnya selama 10 hari sehingga impiannya melanjutkan perjuangan pupus. Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Wolter dieksekusi oleh tim penembak pada 5 September 1949.

Wolter bukannya tidak punya kesempatan untuk menghindar dari Belanda. Waktu itu Wolter bersama dengan almarhum Letkol Frits Sumampouw sudah berada di atas perahu untuk melarikan diri menuju Jawa Timur bergabung dengan Kolonel Jacob Frederick Warouw atau Joop Warouw di Surabaya, namun di tengah laut Wolter mendengar suara rentetan peluru yang ditembakkan tentara Belanda yang mencarinya. Dia pun memilih untuk melompat dan kembali kedaratan.

"Wolter sudah di tengah laut, Wolter meloncat karena mendengar suara tembakan, dia berpikir banyak rakyat yang mati karena mencari dia," kata Sumampouw menyampaikan kepada ayah Mongisidi waktu itu

Bagi Wolter, melarikan diri masalah sepele baginya, tapi dia tidak mau banyak rakyat yang mati hanya karena dia. "Dengan hati dan mata terbuka, aku ingin melihat peluru penjajah menembus dadaku, merdeka, merdeka, merdeka!".

Itulah kalimat terakhir yang diucapkan Robert Wolter Mongisidi sesaat sebelum delapan butir peluru penjajah bersarang di tubuhnya. Wolter gugur dalam usia 24 tahun. ‘Setia Hingga Terakhir Dalam Keyakinan” itulah sebuah tulisan Wolter yang ditemukan pada Alkitab yang dibawanya ketika eksekusi dilakukan.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya