"Kita Benar-Benar Berperang Lawan Belanda dengan Bambu Runcing"

Hambali, Jurnalis
Sabtu 17 Agustus 2019 11:29 WIB
Veteran perang Nurhasan, harus rela sabahatnya mati diberondong peluru (Foto: Hambali/Okezone)
Share :

Di tengah cerita, Nurhasan yang pensiun dengan pangkat Sersan Mayor itu sempat mengenang pertempuran yang paling sulit dilupakan. Di mana dia menyaksikan langsung detik-detik sejumlah sahabatnya gugur saat bertempur melawan pasukan NICA (Netherland Indies Civil Administration) Belanda.

Dikenang dia, sahabatnya itu tertembak saat berlindung dari berondongan senapan musuh. Karena luka berat, banyak yang langsung tewas di tempat. Meski berduka akibat korban berjatuhan, gelora perjuangan terus berkobar di antara mereka, hingga berlanjut pada pertempuran-pertempuran berikutnya.

"Waktu itu kita bertempur di daerah Cianjur, ada sahabat saya tertembak di kepala, persis di samping saya. Karena kita kan pakai bambu runcing, kita balas menyerang secara senyap. Jadi saat mereka menembak, kita hanya bisa mengamati saja sambil berlindung. Beberapa sahabat dekat saya gugur waktu itu, saya menyaksikan langsung," ungkapnya.

Masa-masa perjuangan itu telah berlalu, pengorbanan nyawa yang tak terhitung jumlahnya, kucuran darah dan air mata, kini terabadikan dalam catatan sejarah perjalanan bangsa. Indonesia benar-benar telah merdeka dari penjajahan fisik oleh Belanda, sekutu dan Jepang.

Meski demikian, keprihatinan justru dirasakan oleh mereka para veteran pejuang bangsa saat ini. Di wilayah Kota Tangsel, jumlah mereka yang terdata memiliki Surat Keputusan (SK) LVRI baru mencapai 15 veteran. Namun kini tersisa 13 orang, setelah 2 anggota lainnya telah meninggal dunia.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ke-13 veteran LVRI ini hanya mengandalkan pemasukan dari pemerintah pusat. Baik dana kehormatan sekira Rp938 ribu, ataupun tunjangan yang besarannya variatif tergantung golongan A hingga E, nilainya tak seberapa yaitu Rp1,7 juta hingga Rp2 juta per bulan.

"Dari pusat saja yang rutin, kalau dari pemerintah Kota Tangsel belum ada. Jumlah veteran yang memiliki SK LVRI nggak banyak, hanya tinggal 13 orang di sini. Sebenarnya juga kita nggak pernah berharap bantuan itu, karena perjuangan kita dahulu ikhlas semata-mata untuk memerdekakan tanah air. Tapi faktanya begitu, belum ada (bantuan) dari Pemkot Tangsel," ujar Nurhasan.

Pada momen-momen tertentu, diakui Nurhasan, Pemkot memberikan uang saku kepada anggotanya. Biasanya hal itu dilakukan saat memperingati hari-hari besar, misalnya Hari Veteran Nasional 10 Agustus dan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus.

Namun, besaran uang saku yang diberikan tak mencerminkan sebuah penghargaan kepada para mantan pejuang bangsa, karena nominalnya hanya sekira Rp200 ribu hingga paling besar mencapai Rp500 ribu per anggota LVRI dalam satu tahun.

"Kalau saat momen tertentu itu memang ada, tapi nggak tentu jumlahnya, kadang Rp200 ribu perorang, pernah juga Rp500 ribu. Momennya satu-dua kali saja. Tapi kita nggak terlalu mempersoalkan itu, walaupun kehidupan kita sesulit apapun tetap kita jalani, ngggak pernah kita sesali pengorbanan kita dulu. Mudah-mudahan ini jadi pembelajaran juga buat generasi bangsa saat ini," serunya lagi.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya