JAKARTA - Kebakaran hutan dan lahan gambut liar di seluruh Kalimantan dan Sumatra membuat 10 juta anak berpotensi terpapar polusi udara akibat pencemaran udara, kata badan PBB yang menurusi anak-anak (UNICEF).
Melansir laman UNICEF, Kamis (26/9/2019) anak-anak sangat rentan terhadap polusi udara karena mereka bernapas lebih cepat, dan pertahanan fisik serta kekebalan mereka belum sepenuhnya berkembang.
Diperkirakan 2,4 juta anak balita tinggal di daerah yang paling terkena dampak kabut asap dan kebakaran liar, yang telah terbakar di Indonesia sejak Juli 2019.
Baca juga: Penderita ISPA Akibat Karhutla Sebanyak 919.516 Orang
Baca juga: BNPB Catat 328.724 Hektare Lahan Terbakar
UNICEF memperingatkan bahwa polusi udara memengaruhi bayi bahkan sebelum mereka dilahirkan. Penelitian telah menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang terpapar polusi tingkat tinggi selama kehamilan lebih mungkin mengalami penurunan pertumbuhan saat dalam kandungan, berat lahir rendah, dan dilahirkan prematur.
“Kualitas udara yang buruk adalah tantangan yang berat dan terus berkembang bagi Indonesia,” kata Debora Comini, Perwakilan UNICEF.
"Setiap tahun, jutaan anak menghirup udara beracun yang mengancam kesehatan mereka dan menyebabkan mereka bolos sekolah—mengakibatkan kerusakan fisik dan kognitif seumur hidup."