7. Tradisi Tiwah
Suku Dayak memiliki tradisi yang unik, yakni Ritual Tiwah upacara mengantarkan Roh ke Langit. Bagi Suku Dayak yang menganut agama Kaharingan, setelah kematian, orang yang meninggal dunia dipercaya belum bisa langsung masuk ke surga. Maka dari itu proses kematian diperlukan dengan adanya ritual.
Ritual Tiwah merupakan prosesi untuk menghantarkan roh leluhur dari sanak saudara yang telah meninggal dunia, dan pergi ke alam baka. Proses mensucikan roh tersebut dengan cara memindahkan jasad dari liang kubur ke tempat yang bernama sandung atau rumah kecil dan tidak menyentuh tanah.
8. Tradisi Pemakaman
Tradisi Pemakaman yang dimiliki oleh Suku Minahasa memiliki ritual yang unik dibandingkan tradisi lainnya. Tradisi tersebut dilakukan oleh Suku Minahasa dengan cara memposisikan jenazah duduk sambil memeluk kakinya dan bukan dalam posisi tertidur.
Menurut kepercayaan Suku Minahasa, tradisi ini melambangkan keadaan suci dan dapat membawa kebaikan. Selain posisi duduk, arah posisi mayat diharuskan menghadap ke utara. Hal ini merupakan cerita turun-temurun dari nenek moyang asal Minahasa.
9. Tradisi Kerik Gigi
Suku Mentawai berada di bagian barat Pulau Sumatera memiliki tradisi yang unik, yakni Kerik Gigi bagi para wanita. Setiap wanita yang memiliki kecantikan harus berkorban dan melewati rasa sakit.
Tradisi Kerik Gigi salah satu tradisi dengan cara mengerik gigi tanpa menggunakan alat bius yang dilakukan oleh pimpinan adat. Tradisi tersebut menandakan sebagai pengantar jiwa gadis Mentawai menuju kedamaian.
10. Tradisi Perang Pandan Mekare-Kare
Perang Pandan salah satu tradisi upacara adat yang berasal dari Bali, khususnya di Desa Bali Aga. Perang Pandan atau yang biasa disebut 'Sasih Sembah', yakni upacara adat berupa perang yang menggunakan daun pandan sebagai senjata dan rotan sebagai tameng. Setiap pemain akan melakukan pertarungan dengan cara memukul secara bergantian.
Tradisi tersebut merupakan bentuk ritual pemujaan yang diyakini masyarakat Tenganan kepada Dewa Indra. Itulah sebabnya, masyarakat yang melakukan tradisi perang pandan tanpa ada rasa dendam.
(Edi Hidayat)