Tetap Junjung Tinggi Kode Etik
Di tengah kondisi yang dialami Arul itu, jurnalis matang ini mengaku akan tetap menjaga konsistensi, profesionalitas dan ingeritas dirinya sebagai jurnalis di setiap tugasnya.
Tata etik dan segala bentuk aturan yang telah menjadi garis pandu bagi para jurnalis tetap dia pegang teguh. "Kode etik jurnalis dan Undang-undang 40 tahun 1999 tentang Pers menjadi pemandu saya beraktivitas tiap hari. Apapun alasannya," katanya.
Dia mengaku tak akan tergiur dengan cara-cara dan praktik tak beretika seperti, meneror dan memeras meskipun tak beruang. Bagi ayah satu anak itu, harga dan martabatnya sebagai seorang manusia (jurnalis) harus tetap harum meskipun harus menikmati pahitnya hidup dengan kondisi ekonomi yang jauh dari layak.
Arul mengatakan, apa yang dialaminya setidaknya sedang dialami juga oleh sejumlah jurnalis berstatus kontributor lainnya di hampir sebagian daerah di Nusantara ini. Hal itu menurut dia, karena adanya pembiaran jika tak mau dibilang tak mau peduli dari perusahaan pers tempat para kontributor mengabdi.
Ketidak pedulian terhadap harkat dan martabat manusia (jurnalis) sedang dipraktikkan oleh sejumlah pengusaha pemilik media. Namun begitu, kata dia, apa daya yang bisa diperbuat.
"Kami hanyalah kuli sebuah perusahaan media yang pemiliknya pengusaha yang bergelimpangan harta. Tetapi kami adalah manusia yang patut juga mendapatkan penghargaan atas nama kemanusiaan itu. Ada harkat dan martabat kami yang diabaikan," tuturnya.
Di balik semuanya itu, Arul berharap nasib yang dialami serta sejumlah rekan jurnalis berstatus kontributor lainnya tak lagi terus berulang dan melebar untuk anak bangsa (jurnalis) lainya.
Setidaknya menjadi jurnalis adalah pilihan untuk menjadikan dirinya pewarta adil bagi anak bangsa lainnya. Setidaknya ada hal baik di profesi jurnalis yang sedang dilakoni Arul dan teman-teman jurnalis lainnya.
Karenanya penting ada pertimbangan kemanusiaan dari pemilik perusahaan media bagi sebuah kesejahteraan yang lebih baik untuk tetap menjaga harkat dan martabat sebuah sosok yang disebut jurnalis itu.
(Khafid Mardiyansyah)