BENGKULU - Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bengkulu, Neli Hartati menyebut, salah satu untuk mencegah penyebaran jentik nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara memelihara ikan cupang.
Di mana ikan diletakkan di tempat penampungan air atau lokasi yang dijadikan jentik nyamuk berkembang biak. Dengan cara tersebut maka jumantik nyamuk tidak dapat berkembang biak.
Baca Juga: 3.152 Warga Bengkulu Positif DBD, 20 Orang Meninggal Dunia
"Pencegahan bisa dilakukan dengan memelihan ikan cupang, yang dimasukkan ke dalam tempat penampungan air aatu lokasi yang jadi lokasi jentik nyamuk berkembang biak," kata Neli, saat ditemui Okezone, Selasa (10/3/2020).
Pencegahan lainnya, sampai Neli, dapat dilakukan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), melalui 3M. Yakni, Menguras, Menutup dan Menyingkirkan/Mendaur Ulang di lingkungan sekitar.
Selain itu, menaburkan bubuk larvasida (bubuk abate) pada tempat penampungan air yang sulit dbersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, serta tanaman pengusir nyamuk.
"Kebersihan lingkungan menjadi salah satu pencegahan DBD. Bisa juga menggunakan lotion anti nyamuk setiap pagi," terang Neli.
Dinkes Kota Bengkulu, lanjut Neli, telah melakukan upaya pencegahan penyebaran DBD dengan membagikan bubuk abate. Di mana bubuk abate dibagikan ke 20 puskesmas di 9 kecamatan di Kota Bengkulu.
"Setiap puskesmas kita bagikan 10 kg bubuk abate. Setelah ada laporan maka tim akan turun dan membagikan bubuk abate," jelas Neli.
Fogging, kata Neli, tidak mampu membunuh jentik nyamuk. Bahkan, fogging atau pengasapan akan berdampak buruk pada manusia setelah bertahun-tahun.
Di mana akibat fogging akan menimbulkan berbagai penyakit. Mulai dari autis, autoimun atau lupus, Anemia aplastik, leukemia, kanker getah bening, dan kanker laring.
"Jentik nyamuk tidak mati dengan fogging, yang ada menimbulkan penyakit jika difogging. cara yang baik itu melalui PSN, 3M, menaburkan bubuk abate, memelihara ikan cupang," sampai Neli.
Sebagaimana diketahui, Petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, menghitung dalam kurun waktu 9 tahun terakhir, sebanyak 3152 warga di 9 kecamatan Kota Bengkulu, positif terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau demam berdarah dengue (DBD).
Rinciannya, pada 2012 sebanyak 472 orang, pada 2013 sebanyak 177 orang, pada 2014 sebanyak 234 orang, di tahun 2015 sebanyak 359 orang. Kemudian, di 2016 sebanyak 850 orang.
Lalu, pada tahun 2017 sebanyak 287 orang, di 2018 sebanyak 431 orang, pada 2019 sebanyak 301 orang dan pada tahun 2020 sebanyak 41 orang (Januari hingga 10 Maret 2020).
Baca Juga: DPR Minta Kemenkes Bentuk Gugus Tugas Khusus Tangani DBD di NTT
Dari jumlah tersebut, sebanyak 20 orang meninggal dunia akibat DBD terhitung sejak 2016. Rinciannya, pada 2016, sebanyak 11 orang meninggal dunia
Lalu, di tahun 2017 sebanyak 2 orang, pada tahun 2018, 4 orang meninggal dunia, di 2019 sebanyak 3 orang. Namun, untuk di tahun 2020, tidak ada yang meninggal dunia akibat DBD.
(Fiddy Anggriawan )