Virus Corona, Kisah Perempuan 90 Tahun Menolak Menggunakan Alat Pernapasan demi Generasi Muda

Rachmat Fahzry, Jurnalis
Senin 30 Maret 2020 15:12 WIB
Suzanne Hoylaerts. (Foto/Twitter)
Share :

BRUSSEL – Seorang perempuan di Belgia yang terinfeksi virus corona menolak menggunakan alat bantuan pernafasan atau respirator dari tim medis, karena merasa alat tersebut lebih dibutuhkan bagi pasien yang lebih muda.

Mengutip La Libre, Senin (30/3/202) nama perempuan itu, Suzanne Hoylaerts yang meninggal pada Sabtu, 29 Maret dalam usia 90 tahun.

Baca juga: Presiden Jokowi : Karantina Wilayah Kewenangan Pemerintah Pusat

Baca juga: Inggris dalam Keadaan Darurat untuk Pertama Kali Sejak Perang Dunia II

Dua minggu yang lalu, kondisi kesehatan warga Lubbeek, ini sedikit memburuk. Dia kehilangan nafsu makan, merasa sesak napas, tetapi tidak mengalami batuk atau demam.

Judith, putri Suzanne kemudian membawa ibunya ke dokter.

"Dia pernah mengalami radang paru-paru dan dirawat di rumah sakit pada tahun lalu," kata putri Suzanne kepada Het Laatste Nieuws, beberapa hari setelah kematian ibunya.

Suzanne lalu dirujuk ke rumah sakit, namun dokter yang menanganinya mengatakan, saturasi oksigen Suzanne terlalu rendah. Ia kemudian dirawat sendirian di ruang gawat darurat, putrinya tidak diizinkan menemani agar tidak terpapar virus coona.

"Kamu tidak boleh menangis. Kamu melakukan semua yang kamu bisa. Aku [sudah] memiliki kehidupan yang baik," adalah kata-kata terakhir yang didengar Judith dari ibunya.

Putri Suzanne mengetahui bahwa ibunya terinfeksi virus corona dari seorang perawat yang menghubunginya melalui telepon. Suzanne akhirnya meninggal pada 21 Maret, sehari setelah masuk rumah sakit.

"Para dokter memberi tahu saya bahwa dia menolak untuk memakai respirator," kata Judith.

"Saya tidak ingin mengunakan respirasi buatan. Simpan [alat] itu untuk pasien yan lebih muda. Saya sudah memiliki kehidupan yang baik," kata Suzanne kepada para dokter.

Keluarga Hoylaerts, masih belum mengetahui bagaimana Suzanne bisa terinfeksi Covid-19.

"Ibuku menganggap serius pembatasan itu [lockdown]. Ketika aku membawanya ke rumah sakit pada hari Jumat, kami mengira dia menderita pneumonia ringan," kata Judith yang tidak bisa menemani ibunya saat meninggal.

"Aku tidak bisa mengucapkan selamat tinggal padanya, dan bahkan aku tidak punya kesempatan untuk menhadiri pemakamannya, ujar Judith lagi.

(Rachmat Fahzry)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya