CIREBON - Berbekal semangat, Khaerudin (52) tetap pergi bekerja sebagai portir di Stasiun Cirebon, Jawa Barat. Hanya satu tujuannya, supaya dapur di rumahnya terus mengepul di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Usianya memang tidak lagi muda. Namun, perjuangannya dalam mencari nafkah demi keluarga tidak bisa dipandang sebelah mata.
Pukul 06.00 WIB, Khaerudin bergegas ke Stasiun Cirebon dengan menaiki angkutan umum. Ia harus berkejaran dengan waktu agar bisa sampai di stasiun lebih dulu, sebelum jadwal keberangkatan KA Argo Cheribon tujuan Jakarta.
"Kalau hari ini berangkat sebelum jam enam pagi. Kalau pulang jam tujuh malam," kata Khaerudin kepada Okezone, Rabu (15/4/2020) siang.
Sebagai portir, Khaerudin menggantungkan hidupnya dari penumpang kereta api yang memakai jasanya. Di hari normal, ia bisa mendapat bayaran sekira Rp80 ribu hingga Rp100 ribu. Uang tersebut ia nilai cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Namum akibat pandemi Covid-19, pendapatannya menurun drastis.
Dengan sorot mata berkaca-kaca Khaerudin menjelaskan, saat ini ia hanya bisa membawa pulang uang Rp15 ribu hingga Rp20 ribu. Uang tersebut harus dipotong dengan ongkos angkutan umum sebesar Rp8 ribu pulang-pergi.
Artinya, Khaerudin hanya bisa membawa pulang uang Rp7 ribu hingga Rp.12 ribu. "Kalau normal itu bisa sampai Rp100 ribu. Kalau sekarang mentok cuman Rp15 ribu sampai Rp20 ribu. Pernah juga enggak dapat sama sekali. Kalau buat pulang-pergi habis Rp8 ribu buat naik angkot," lirihnya.
Sudah puluhan tahun Khaerudin menjadi portir. Ia hapal betul bagaimana perkembangan dan perubahan yang terjadi di Stasiun Cirebon.
Khaerudin bukan satu-satunya portir di stasiun tersebut. Masih ada 120 lainnya yang seprofesi dengannya. Mereka dibagi menjadi dua sif, dengan setiap sifnya terdiri dari 60 orang.
Bapak tiga anak ini terkadang harus menahan lapar. Ia rela tidak makan siang agar uang hasil keringatnya itu tetap utuh. Sehingga kebutuhan hidup anak dan istrinya bisa tercukupi. Meski uang yang didapatnya tidak seberapa.
"Kalau makan, kalau ada yang ngasih saja. Kalau tidak ada terpaksa tidak makan siang. Saya sudah puluhan tahun jadi portir," ucapnya.