SRAGEN – Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan ada dua warganya yang terpaksa dimasukkan ke rumah kosong karena menolak melakukan karantina mandiri untuk mencegah persebaran virus corona. Pasalnya, kata dia, dua warga tersebut baru saja pulang dari perantauan.
Yuni awalnya mendapat laporan adanya dua pemudik asal Kecamatan Pupuh, Sragen, yang melanggar komitmen bersedia menjalani karantina mandiri selama 14 hari. Ia kemudian mengambil langkah tegas dengan meminta Camat Miri, Sragen, membersihkan rumah kosong di tengah sawah sebagai tempat karantina bagi warga yang bandel.
"Salah satu desa di Plupuh tadi padi melapor. Ada 2 warga di Plupuh yang sepakat dan mau karantina mandiri, tetapi di tengah jalan melanggar komitmen itu. Akhirnya dua warga itu dimasukkan ke rumah kosong dan berhantu lalu dikunci dari luar. Kalau mereka itu bisa patuh mestinya tidak sampai dimasukkan ke rumah kosong dan dikunci dari luar," ujar Yuni saat ditemui Solopos di Masaran, Sragen, Senin (20/4/2020).
Ia menegaskan komitmen karantina mandiri itu harus disadari semua pihak. Yuni menjelaskan, jika penanganan covid-19 dilakukan dengan maksimal, maka tidak mungkin ada lagi pasien positif corona di sana yang sekarang menjadi 5 orang.
Yuni sudah mengidentifikasi 5 orang yang positif terpapar virus corona. Semuanya memiliki riwayat perjalanan dari luar Sragen.
"Bagi pemudik yang tidak bisa ditahan untuk pulang dan harus tetap pulang, tidak apa-apa, tetapi harus taat aturan. Kalau tidak mau ikut aturan untuk karantina mandiri ya masukin ke rumah kosong berhantu saja. Di Miri ada rumah yang sangat spooky (menyeramkan). Saya minta camat untuk membersihkan rumah itu untuk karantina orang-orang yang bandel. Ya di tengah sawah Desa Jeruk," ungkapnya.
Sementara itu, Yuni juga mengingatkan warga Sragen wajib mengenakan masker saat keluar rumah. Dia meminta semua pihak bergerak saling mengingatkan bahwa memakai masker itu kewajiban. Ia pun menyatakan sudah proses pengadaan 1 juta masker untuk warga Sragen.
"Pekan depan 1 juta masker itu akan dibagikan ke warga. Jumlah warga Sragen hanya 980.000 jiwa, jadi kalau 1 juta masker cukup untuk warga Sragen. Kalau masker sudah terdistribusikan maka bisa diberlakukan tegas. Saya sudah instruksikan di pasar ada aturan kalau pedagang dan pembeli yang tidak pakai masker dilarang berjualan atau belanja ke pasar. Bisa dibuat regulasi per zona-zona itu," terangnya.
Yuni mengungkapkan selama ini masih melakukan tindakan persuasif karena program 1 juta masker belum terdistribusi ke warga. Setelah masker terdistribusikan semua, jelas dia, maka tidak ada alasan untuk tidak bawa masker.
Teknis pembagiannya, ungkap Yuni, nantinya diserahkan ke desa. Kemudian dari desa didistribusikan ke warga. Satu warga akan mendapat 1 masker.
(Hantoro)