WASHINGTON – Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper mengatakan, proses perdamaian di Afghanistan tidak berjalan secepat yang diharapkan. Dia mengatakan bahwa Taliban tidak mengurangi kekerasan di negara yang dilanda perang itu.
“Proses itu tertunda," kata Esper di sebuah acara di Brookings Institute pada Senin (4/5/2020).
“Kami masih terus berbicara dengan kedua pihak tentang apa yang harus mereka lakukan agar melaksanakan sepenuhnya perjanjian itu,” ujarnya sebagaimana dilansir VOA.
Pejabat di Washington semula berharap persetujuan perdamaian yang ditandatangani pada Februari oleh AS dan Taliban akan mengarah kepada sebuah perundingan intra-Afghanistan dan berperan sebagai pondasi baru bagi perdamaian di negara yang sudah menyaksikan perang selama lebih dari 18 tahun berturut-turut.
Namun, kemajuan menuju negosiasi antara kelompok militan dan pemerintah Afghanistan telah tertunda, sebagian karena perseteruan politik antara Presiden Ashraf Ghani dan Abdullah Abdullah. Keduanya mengklaim sebagai pemimpin sah Afghanistan setelah pemilihan yang disengketakan pada September.
Kebuntuan politik terjadi ketika Taliban meningkatkan laju kekerasan.
Menurut data yang dilihat Reuters, Taliban telah melakukan lebih dari 4.500 serangan di Afghanistan dalam 45 hari sejak menandatangani persetujuan perdamaian yang membuka jalan bagi penarikan pasukan AS.
(Rahman Asmardika)