Berabad-abad yang lalu, para nelayan dan petani tidak tahu kapan kumpulan cacing yang merayap akan muncul ke permukaan. Jadi saat menemukan cacing ini akan dianggap sebagai keberuntungan tersendiri. Orang-orang akan melompat ke dalam air dan menangkap cacing sebanyak mungkin dengan menggunakan jaring atau tangan kosong.
Namun saat ini, para petani di Vietnam sudah mulai mengisi danau dan sawah mereka dengan cacing karena mereka dapat hidup di lumpur. Saat cacing muncul pada hari-hari tertentu, mereka tinggal mengeringkan danau untuk memanennya.
Tetapi karena ulat pasir telah menjadi sumber daya yang berharga di Vietnam dan Cina, para petani tidak lagi mengkonsumsinya. Tapi lebih memilih menjualnya untuk mendapatkan keuntungan.
Sebelum dolah, cacing pasir harus direbus untuk menghilangkan tentakel dan bau amisnya. Penggunaan kulit jeruk juga dan rempah rempah juga akan ikut menghilangkan bau amis itu.
Namun, rasa cacing pasir yang cukup kuat bisa mengganggu sebagian orang, sehingga muncul versi cha ruoi yang tidak terlalu keras, seperti isian daging babi.
(Amril Amarullah (Okezone))