Iza mengatakan demonstrasi yang telah terjadi dalam beberapa hari ini terdengar dari kantor kedutaan dan ia mengimbau warga Indonesia untuk tidak keluar rumah.
"Kami lihat (demo ini) sangat masif. Kami imbau warga untuk tidak usah ikut. Pak Athan [atase pertahanan] mengirim foto, ada orang yang pakai senjata panjang dari gedung tinggi [sniper dalam istilah militer]," tambah Dubes Iza.
Tetapi sejauh ini, unjuk rasa dalam tiga hari terakhir berjalan damai.
Ketua Kerukunan Indonesia Myanmar (KIM), Gerald Eman, WNI yang telah tinggal di negara itu selama 17 tahun, mengatakan berdasarkan pengalamannya, demonstrasi di negara itu belum pernah diwarnai kerusuhan dan penjarahan.
"(Sejauh pengalaman saya), karakternya (demonstrasi) tak anakarkis. Kerusuhan, menjarah toko dan lain-lain belum pernah kita liat, kondisinya benar-benar politik," kata Gerald.
Adapun WNI yang tinggal di pusat kota Yangon,Cecep Yadi, mengatakan dari apa yang dilihatnya dalam tiga hari terakhir ini, para demonstran tidak ada yang sampai merusak fasilitas umum.
"Mereka di sini tidak ada yang merusak fasilitas, menjarah toko ataupun melawan aparat pengamanan Semuanya berisik, berteriak, dan berorasi.. Tapi tidak ada yang takut,” lanjutnya.
"Tidak ada yang hanya menonton.. Kalaupun tinggal di rumah, mereka akan diam di depan rumah dan ikut mengangkat tangan tiga jari sebagai bentuk partisipasi demokrasi dan ikut membagikan makanan dan minuman ke setiap orang yang lewat," tambahnya.
"Berdasarkan dua hari kemarin, demo selesai jam 20:00, dan mereka kembali ke rumah masing-masing dan membuat suara bising selama kurang lebih 15 menit dengan memukul mukul alat alat dapur (panci atau wajan). Setelah itu sepi,” ungkapnya.
Diketahui, ribuan orang berkumpul di Yangon dan Mandalay, sementara meriam air telah disiagakan di Ibu Kota Nay Pyi Taw untuk mengantisipasi puluhan ribu pendemo.