"Temuan ini adalah yang terjauh yang pernah kami temukan di bawah permukaan es. Binatang-binatang ini tertambat di batu karang dan hanya dapat makan bila ada yang mengambang," kata Griffiths.
"Sangat mengejutkan bisa menemukan binatang ini, mengejutkan yang menggembirakan. Namun, kami tak dapat melakukan tes DNA. Kami tak dapat mencari tahu bagaimana binang-binatang ini makan. Kami tak tahu, apakah binatang-binatang ini spesies baru atau bukan. Namun, yang jelas, binatang-binatang ini tinggal di satu tempat yang tak kami perkirakan bisa bertahan," lanjutnya.
Teori sejauh terkait kehidupan yang dapat bertahan di bawah bongkahan es adalah bahwa semakin sulit bila letaknya semakin jauh dari laut terbuka dan tak terjangkau sinar matahari.
Studi-studi sebelumnya menemukan binatang kecil, seperti ikan, cacing, ubur-ubur dan udang kecil di habitat seperti ini.
Tapi, organisme yang bertahan hidup berdasarkan serapan makanan melalui air diperkirakan tak akan dapat bertahan bila semakin berada jauh dari permukaan es.
Jadi, temuan adanya kehidupan di batu karang besar, jauh di bawah permukaan es ini, mengejutkan para ilmuwan.
"Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kami perlu mendekati binatang-binatang ini dan mengamati lingkungan seputar - kondisi 900 meter di bawah es, 260 km dari kapal-kapal, tempat laboratorium kami," kata Griffiths.
"Ini berarti, sebagai ilmuwan kutub, kami perlu mencari cara baru yang inovatif untuk mempelajari binatang-binatang ini," ujarnya.
Griffiths dan timnya juga mengatakan bahwa dengan terjadinya perubahan iklim dan pecahnya bongkahan-bongkahan es, mereka perlu berkejaran dengan waktu untuk melindungi ekosistem ini.
(Susi Susanti)