Makna di Balik 'Revolusi 22222', Aksi Demonstrasi Terbesar Menentang Kudeta Militer Myanmar

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Selasa 23 Februari 2021 06:23 WIB
Aksi demonstrasi anti-kudeta militer di Myanmar (Foto: Reuters)
Share :

YANGON - Salah satu demonstrasi terbesar menentang kudeta militer di Myanmar yang berlangsung pada Senin (22/02), digambarkan sebagai "Revolusi 22222".

Nama ini dipakai karena aksi yang diikuti oleh ratusan ribu orang itu dilangsungkan pada 22 Februari.

Nama itu dipakai karena penyelenggaara dan peserta ingin menyandingkannya dengan demonstrasi pada 8 Agustus 1988, yang dikenal sebagai perlawanan 8888.

Ini adalah salah satu aksi protes dengan "penanganan paling brutal oleh aparat keamanan" dalam sejarah Myanmar.

(Baca juga: Kudeta Militer, Dunia Internasional Desak Myanmar Pulihkan Demokrasi)

Militer menumpas demonstrasi antipemerintah dengan menewaskan ratusan pengunjuk rasa.

Bagi banyak orang, tanggal tersebut dipandang sebagai momen penting di Myanmar.

Sejak kudeta pada 1 Februari, gelombang demonstrasi berlangsung selama berminggu-minggu dan unjuk rasa "Revolusi 22222" dinilai sebagai 'jauh lebih besar' dibanding aksi-aksi sebelumnya.

Thompson Chau, editor media lokal Frontier, mengatakan kepada BBC World Service bahwa protes hari Senin tampak "jauh lebih besar dari sebelumnya, dengan lebih banyak jalan diblokir, jalan raya diblokir dan toko-toko tutup ke mana pun kita pergi".

"Hari ini lebih merupakan pemogokan besar dalam arti bahwa setiap orang tidak akan bekerja. Semua toko tutup,” terangnya.

(Baca juga: WHO: Negara-negara Kaya Jangan Hambat COVAX)

Chau menambahkan bahwa bahkan mereka yang bekerja di "perusahaan milik negara" serta "dokter dan insinyur yang bekerja untuk pemerintah" juga ikut dalam aksi mogok.

Polisi membubarkan kerumunan di ibu kota, Nay Pyi Taw, dan sebuah truk meriam air terlihat bergerak ke lokasi tersebut.

Sebuah pernyataan dari militer yang disiarkan oleh stasiun televisi negara MRTV mengatakan bahwa pengunjuk rasa "sekarang menghasut rakyat, terutama remaja dan pemuda yang emosional, ke jalur konfrontasi di mana mereka akan berisiko kehilangan nyawa".

Peringatan itu muncul setelah setidaknya dua orang tewas dalam protes pada hari Minggu - kekerasan terburuk dalam unjuk rasa yang berlangsung selama lebih dari dua pekan.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya