Diketahui, sensus terakhir mencatat ada sekitar dua juta umat Kristen tinggal di Pakistan, jumlahnya hanya 1% dari total populasi.
Menurut organisasi Hak Asasi Manusia (HAM), sebanyak 1.000 perempuan beragama Kristen, Hindu dan Sikh diculik setiap tahunnya. Kebanyakan dari mereka kemudian dipaksa untuk masuk Islam. Di Pakistan diyakini secara luas pernikahan di bawah usia 16 tahun diizinkan di bawah hukum Syariah, jika keduanya adalah Muslim. Dan inilah yang terjadi pada kasus Farah: dia dipaksa pindah agama, kemudian menikah dengan penculiknya.
Dewan Gereja Nasional di Pakistan (NCCP) mengatakan jumlah kasus penculikan ini terus meningkat.
"Ada ratusan, ratusan, banyak anak perempuan, banyak sekali anak perempuan. Kejahatan ini dilakukan oleh banyak orang, dan pihak berwenang tidak melakukan apa-apa," kata Sekjen NCCP, Uskup Victor Azariah.
Bahkan ketika anak korban penculikan sudah diselamatkan, siksaan bagi mereka masih berlanjut. Dalam banyak kasus, ancaman penculikan terjadi lagi, atau pembunuhan anggota keluarga, dan trauma terus berlanjut.
Hal ini terjadi dalam kasus Maria Shahbaz, anak perempuan beragama Kristen umur 14 tahun, yang berhasil melarikan diri setelah diculik dan dipaksa untuk menikah dengan penculiknya. Dia dan keluarganya terpaksa bersembunyi setelah berkali-kali mendapat ancaman pembunuhan.
Dalam upaya untuk menyelamatkan Maria, sebuah petisi yang berisi 12.500 nama yang dikelola oleh badan amal yang berbasis di Inggris, Aid to the Church in Need, baru-baru ini telah diserahkan kepada pemerintah Inggris. Petisi ini termasuk ditandatangani oleh lebih dari 30 anggota parlemen Inggris, termasuk uskup, rekan sejawat, yang menyerukan agar Maria diberikan suaka.
Juru bicara Aid to the Church in Need's, John Pontifex mengatakan situasi menghadapi banyak kasus penculikan anak perempuan dan keluarga mereka di Pakistan telah berada pada titik keputusasaan.
"Trauma yang dialami anak-anak ini sering kali diperparah dengan ancaman yang mereka dan keluarga mereka hadapi setelah dibebaskan dari para penculik. Bagi beberapa orang, seperti Maria, suaka di Inggris adalah satu-satunya harapan dan keselamatan bagi mereka,” ungkapnya.
(Susi Susanti)