Junta militer Myanmar awalnya mengumumkan darurat militer di dua distrik Yangon pada Minggu setelah bisnis dan pabrik-pabrik yang didanai China diserang. Junta kemudian menambahkan lebih banyak wilayah ke dalam status darurat militer pada Senin (15/3/2021), demikian diwartakan BBC.
Para pengunjuk rasa percaya China memberikan dukungan kepada militer Myanmar, tetapi tidak jelas siapa yang berada di balik serangan akhir pekan itu.
BACA JUGA: Pakar PBB: Junta Myanmar Kemungkinan Melakukan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
Minggu dianggap sebagai hari paling berdarah sejauh ini sejak pengambilalihan di bulan Februari. Kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP) mengatakan korban tewas hari itu setidaknya 38 orang.
Secara total, lebih dari 120 pengunjuk rasa dilaporkan tewas selama penumpasan tersebut, menurut kelompok pemantau AAPP.
(Rahman Asmardika)