Singapura dan Taiwan Dulu Sukses Tekan Covid-19, Kini Kasusnya Melonjak, Apa yang Salah?

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Jum'at 21 Mei 2021 10:59 WIB
Covid-19 melonjak di Singapura dan Taiwan (Foto: Reuters)
Share :

SINGAPURASingapura dan Taiwan dipuji sebagai kisah sukses dalam menangani virus Covid-19. Kedua negara ini mencatat angka nyaris nol atau hanya satu digit kasus Covid-19 sejak awal tahun.

Tetapi bulan ini, Singapura dan Taiwan sama-sama mengalami peningkatan kasus secara tiba-tiba dan agresif. Singapura mencatat 248 kasus baru pada pekan lalu, dan Taiwan 1.200 kasus infeksi lokal.

Keduanya masing-masing menerapkan kebijakan pembatasan yang semakin ketat, membatasi jumlah pertemuan dan menutup sekolah.

Menurut standar dunia, angka-angka ini mungkin saja terlihat kecil - tetapi bagi dua wilayah ini, angka-angka tersebut tidak terpikirkan beberapa bulan yang lalu.

Jadi apa sebenarnya yang salah?

  • 'Jelas ada rasa puas diri di Taiwan'

Taiwan adalah salah satu negara pertama yang melarang kunjungan orang asing tidak lama setelah China melaporkan munculnya virus - dan pembatasan ketat di perbatasan masih berlaku di negara itu.

Namun di tingkat lokal, masyaralat mulai berpuas diri - seperti yang dilakukan oleh pemerintah Taiwan.

Menurut Associate Professor Lin Hsien-ho dari National Taiwan University, berbagai rumah sakit telah menghentikan tes agresif bagi warga terkait Covid-19, bahkan bagi mereka yang mengalami demam - gejala umum virus.

Menurut publikasi online Our World in Data, Taiwan hanya melakukan 0,57 tes virus per 1.000 orang pada pertengahan Februari - bandingkan dengan Singapura yang melakukan 6,21 tes dan Inggris 8,68 pada sekitar periode yang sama.

(Baca juga: Presiden Biden Janjikan Bantuan Kemanusiaan, Rekonstruksi untuk Gaza)

"Ada asumsi umum, bahkan bagi orang yang menunjukkan gejala, tidak mungkin terpapar Covid-19," kata Dr Lin kepada BBC, seraya menambahkan bahwa hal itu berasal dari keyakinan virus tak bakal dapat menembus perbatasan Taiwan yang kuat.

"Dokter-dokter tidak menganggapnya serius, rumah sakit tidak waspada, mereka tidak melakukan banyak pelacakan kontak. Jelas ada rasa puas diri,” terangnya.

Sorotan utama ketika Taiwan melonggarkan persyaratan karantina bagi para pilot maskapai penerbangan yang belum divaksinasi yang semula 14 hari menjadi lima hari - dan kemudian, hanya tiga hari.

Tak lama kemudian, muncul ledakan klaster baru terkait kehadiran pilot-pilot China Airlines yang pernah menginap di Novotel di dekat Bandara Taoyuan.

Banyak dari mereka yang terkait dengan klaster ini kemudian ditemukan terpapar varian Inggris, yang dikenal sebagai B117.

Virus tersebut kemudian menyebar ke seluruh komunitas, dan akhirnya menyebar ke "tea houses" Taiwan - tempat hiburan orang-orang dewasa.

(Baca juga: Warga Palestina Turun ke Jalan Rayakan Gencatan Senjata)

"Masyarakat bernyanyi, minum, acap melakukan kontak dalam ruangan tanpa pengaturan ventilasi. Ini bukan hanya di satu kedai teh, tetapi juga banyak di kedai lainnya di jalan yang sama - ini adalah acara penyebaran super besar," kata Dr Lin.

Profesor Chen Chien-jen, epidemiologi dan mantan Wakil Presiden Taiwan, mengatakan fakta bahwa banyak orang yang dites positif tidak mau menyatakan mereka telah mengunjungi tempat hiburan dewasa seperti itu membuat pelacakan kontak menjadi lebih sulit.

"Ini hanya mengingatkan kita bahwa bahkan ketika sebagian kecil populasi melanggar aturan, itu akan menyebabkan kebocoran," kata Dr Chen.

Dia juga menambahkan bahwa Taiwan gagal belajar dari kasus industri hiburan bagi orang-orang dewasa di Jepang - yang pada satu titik juga merupakan sarang infeksi - sebelum diperintahkan untuk ditutup.

"Kami tidak belajar dari Jepang dan merefleksikan bahwa Taiwan mungkin memiliki masalah yang sama," terangnya.

Menurut Associate Professor Alex Cook dari National University of Singapore (NUS), situasi Taiwan merupakan "cerminan dari risiko konstan dari strategi yang terlalu menekankan pada kontrol perbatasan dan tidak cukup melakukan tindakan untuk mencegah penyebaran di dalam negara".

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya