Singapura dan Taiwan Dulu Sukses Tekan Covid-19, Kini Kasusnya Melonjak, Apa yang Salah?

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Jum'at 21 Mei 2021 10:59 WIB
Covid-19 melonjak di Singapura dan Taiwan (Foto: Reuters)
Share :

  • Apa yang terjadi di Singapura?

Namun demikian di Singapura, ceritanya berbeda.

Berbagai tindakan di sini selalu dibatasi secara ketat walaupun kasusnya rendah - pertemuan publik dibatasi maksimal delapan orang, klub-klub tidak diizinkan dibuka, serta masih ada pembatasan pada pertemuan massal, misalnya pernikahan.

Tetapi masih ada celah dalam pedoman vaksin, dan pada akhir Mei, Bandara Changi Singapura - yang juga menawarkan pusat perbelanjaan populer - telah berubah menjadi klaster Covid terbesar di negara itu pada tahun ini.

Pihak berwenang kemudian menemukan bahwa sejumlah staf bandara yang terinfeksi bekerja di zona yang menerima para pelancong dari negara-negara berisiko tinggi, termasuk di Asia Selatan.

Beberapa dari pekerja ini kemudian melanjutkan aktivitasnya dengan makan di food court bandara - yang terbuka untuk umum - dan menyebarkan virus lebih lanjut.

Singapura saat menutup terminal penumpangnya bagi masyarakat umum.

Banyak dari mereka yang terinfeksi kemudian ditemukan terpapar varian sangat menular yang pertama kali muncul di India - yang dikenal sebagai B1617.

Singapura kini juga mengumumkan akan memisahkan penerbangan dan penumpang dari negara dan wilayah berisiko tinggi dari mereka yang datang dari tempat berisiko rendah.

Para staf di bandara juga akan dibatasi luasan aktivitasnya dan dipisahkan berdasarkan zona.

Ada pertanyaan secara online yaitu mengapa tindakan seperti itu tidak diambil lebih awal, mengingat potensi celah penyebaran virus yang ditunjukkan hingga sebulan yang lalu.

Namun seorang ahli mengatakan dia berpiki bahwa varian baru "tidak akan terhindarkan" untuk menemukan jalannya ke Singapura.

"Saya mengerti mengapa orang merasa frustrasi karena mayoritas warga Singapura sangat patuh," kata Prof Teo Yik Ying, Dekan NUS School of Public Health.

"Tapi kami tidak seperti China yang dapat menutup perbatasannya sepenuhnya. Reputasi kami sebagai negara, ekonomi kami, terkait dengan posisi kami sebagai pusat perdagangan,” jelasnya.

"[Juga] jika kita melihat AS tahun lalu, kasus virus terburuknya datang bukan dari China, tetapi dari para pelancong yang pergi ke Eropa. Jadi, berapa banyak negara yang bisa Singapura tutup perbatasannya? Kita harus memahami itu bahwa tidak pernah hanya menutup dari satu negara,” lanjutnya.

Tetapi Prof Cook mengatakan Singapura masih dalam "posisi yang sangat baik" untuk mengendalikan wabahnya.

"Saya ragu-ragu untuk mengatakan bahwa 'ada yang salah', karena Singapura masih dalam posisi yang sangat baik, meskipun ada peningkatan," katanya.

"Jika kita membandingkannya dengan Inggris, kasus harian yang khas adalah sekitar 10% dari level Inggris setelah menyesuaikan ukuran populasi. Dengan kata lain, Singapura memperketat langkah-langkah untuk mencegah sampai ke titik di mana virus dapat mengamuk,” ujarnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya