Namun pada pukul sembilan malam, waktu itu, Chawla menyebut sebagian besar tabung oksigen itu menghilang dan memicu kepanikan di antara keluarga pasien.
Semakin malam, keluarga semakin cemas.Sampai pada suatu titik, menurut kejadian versi mereka, pihak keluarga menyadari bahwa staf rumah sakit sudah meninggalkan mereka.
Karena cemas, beberapa kerabat pasien memutuskan untuk memeriksa anggota keluarga mereka yan diri g berada ke ICU.
Ketika mereka sampai di sana, kata mereka, mereka menemukan bangsal itu kosong kecuali jenazah orang yang mereka cintai.
"Tidak ada dokter, tidak ada staf rumah sakit," kata Chawla. "Mereka telah melarikan diri,” lanjutnya.
BBC tidak dapat memverifikasi rentetan waktu yang tepat dari peristiwa malam itu. Terdapat beberapa versi cerita yang bertolak belakang.
Tidak jelas kapan staf rumah sakit meninggalkan bangsal dan apakah pasien masih hidup saat mereka kabur.
Pemilik rumah sakit itu, Swati Rathore, mengatakan kepada BBC bahwa staf sempat "bersembunyi" setelah mereka diserang oleh beberapa anggota keluarga.
Tuduhan tersebut dibantah pihak keluarga pasien.
"Ada perbedaan antara bersembunyi demi keselamatan dan meninggalkan pasien," kata Rathore.
Rathore berkata, dia telah meminta stafnya untuk tidak keluar sampai dia menelepon polisi.
Rathore mengirimi BBC sebuah video yang tampaknya menunjukkan orang-orang menyerang stafnya dan merusak rumah sakit seminggu sebelumnya. Dia berkata, peristiwa yang sama terulang pada malam pasien meninggal di ICU.
"Kami tidak ingin menerima pemukulan lagi," ujarnya. Rathore.
Keluarga menganggap rumah sakit bertanggung jawab, tidak hanya karena staf mereka meninggalkan bangsal tapi juga karena gagal memberi tahu mereka tentang kelangkaan tabung oksigen.
"Seseorang seharusnya memberi tahu kami bahwa rumah sakit kehabisan oksigen," kata Jain.
Jain berkata memiliki tiga tabung oksigen di rumah tapi pada saat saudara perempuannya membawa satu ke rumah sakit, ayahnya telah meninggal.
Sementara itu, Jugesh Gulati, yang ayahnya dirawat di rumah sakit dan bertahan hidup, mengaku membawa tabung oksigen tambahan usai staf rumah sakit memberitahunya soal kemungkinan kelangkaan alat bantu itu pernafasan itu.
Namun beberapa keluarga lain mengatakan kepada BBC bahwa mereka tidak mendapatkan informasi.
Sementara itu, percakapan di grup WhatsApp para keluarga pasien yang meninggal menunjukkan kegundahan yang semakin berat.
"Tidak ada artinya tetap berada di grup ini," tulis Jain yang frustrasi baru-baru ini.
Verma mencoba menyemangatinya. "Kami akan berjuang bersama," tulisnya.