Dewan Keamanan Nasional mengadakan beberapa pertemuan pekan lalu tentang insiden itu, kata para pejabat kepada CNN. Sumber menambahkan bahwa pemerintahan Biden dan Departemen Energi telah membahas situasi dengan pemerintah Prancis. Para pejabat mengatakan bahwa Washington juga telah menghubungi Beijing tentang dugaan kebocoran tersebut.
Seorang pejabat pemerintah AS yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan kepada CNN bahwa Administrasi Presiden Joe Biden belum percaya situasinya berada pada "tingkat krisis".
PLTN Taishan pada Minggu (13/6/2021) mengatakan tuduhan tingkat kebocoran radiasi yang berbahaya itu tidak benar dan bahwa dua reaktornya memenuhi persyaratan keselamatan dan beroperasi secara normal.
"Baru-baru ini ada beberapa lembaga dan organisasi media yang memperhatikan dan menanyakan situasi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Taishan," kata pembangkit itu dalam sebuah pernyataan di situsnya, Minggu.
Pabrik mengatakan yang kedua dari dua Reaktor Daya Evolusionernya telah menyelesaikan perbaikan yang direncanakan dan fasilitas tersebut telah beroperasi kembali secara normal sejak 10 Juni.
"Semua indikator operasi kedua unit telah memenuhi persyaratan peraturan keselamatan nuklir dan persyaratan teknis untuk pembangkit listrik," katanya.
Pabrik mengatakan tidak mendeteksi jumlah radiasi yang tidak biasa di dalam atau di luar fasilitas. "Menurut data pemantauan berkelanjutan, indikator lingkungan saat ini berada dalam kisaran normal untuk pabrik Taishan dan lingkungan sekitarnya," kata pernyataan itu.
Laporan tersebut memicu kekhawatiran, membangkitkan ingatan tentang bencana nuklir Chernobyl pada tahun 1986, ketika Uni Soviet mengecilkan masalah dengan tingkat radiasi di salah satu pembangkit nuklirnya. Evakuasi pabrik dimulai satu setengah hari sebelum kecelakaan itu diakui secara publik oleh Uni Soviet. Meskipun PBB memperkirakan bahwa kurang dari 50 kematian dikaitkan dengan bencana tersebut, ribuan meninggal setelah akibat paparan radiasi yang tinggi.
(Rahman Asmardika)