ISTANBUL – Polisi anti huru hara Turki menembakkan gas air mata untuk membubarkan parade LGBTQ, atau yang dikenal sebagai parade 'Pride' di Istanbul. Aktivisme LGBTQ dilarang di Turki yang konservatif dan pemerintah telah melakukan tindakan keras untuk meredamnya.
Penegak hukum di Istanbul membubarkan kerumunan yang berkumpul di pusat Kota Istanbul pada Sabtu (26/6/2021) untuk mendukung hak-hak LGBTQ di Turki. Pihak berwenang telah melarang penyelenggaraan acara tersebut.
BACA JUGA: Lecehkan Ka'bah dengan Simbol LGBT, 4 Mahasiswa Ditangkap Polisi
Rekaman video yang ditayangkan Ruptly menunjukkan petugas polisi dengan perlengkapan anti huru-hara mendorong pengunjuk rasa dari jalan. Seorang wanita yang membawa tas berwarna pelangi terlihat meniup peluit saat dia berjalan di tengah jalan - dengan barisan polisi anti huru hara mengikuti di belakangnya.
Dalam satu klip, seorang demonstran terlihat membenturkan salah satu perisai anti huru hara, memicu konfrontasi.
BACA JUGA: Di Negara Ini, Jadi Perempuan Transgender Bisa Dijebloskan ke Penjara
Polisi juga terlihat dengan senjata pengendali massa saat mereka mengejar pengunjuk rasa yang mengambil bagian dalam acara terlarang itu.
Sekira 20 orang, termasuk seorang jurnalis foto, ditangkap, menurut laporan media.
Homoseksualitas legal di Turki, tetapi partai konservatif yang berkuasa di negara itu, yang dipimpin oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan semakin memusuhi hak-hak LGBTQ. Pejabat di negara itu telah berhati-hati untuk menandatangani acara Pride, dengan alasan masalah keamanan.
Pada Februari, demonstran mahasiswa yang menentang penunjukan sekutu Erdogan sebagai rektor Universitas Bogazici Istanbul menggantung karya seni yang menggambarkan Ka'bah di Makkah dan gambar bendera pelangi LGBTQ. Empat mahasiswa kemudian ditangkap dan didakwa dengan tuduhan “menghasut kebencian” karena memajang gambar tersebut.
Erdogan menanggapi insiden tersebut dengan memberi tahu para pendukung Partai AK-nya bahwa gerakan konservatif negara itu akan “membawa kaum muda kita ke masa depan, bukan sebagai pemuda LGBTQ, tetapi sebagai pemuda yang ada di masa lalu bangsa kita yang gemilang.”
Namun, penentangan Ankara terhadap hak-hak LGBTQ semakin mempertegang hubungannya dengan Uni Eropa, memperumit upaya Turki untuk bergabung dengan blok tersebut.
(Rahman Asmardika)