Perawat Jawab Tuduhan Mengcovidkan Pasien untuk Cari Untung

Avirista Midaada, Jurnalis
Senin 28 Juni 2021 10:47 WIB
Ilustrasi (Foto : Shutterstock)
Share :

MALANG - Anggapan banyak orang yang menyebut tenaga kesehatan (nakes) banyak memvonis Covid-19, pasien dibantah seorang perawat rumah sakit rujukan Covid-19. Namun di sisi lain, ia memaklumi ada stigma negatif yang disematkan ke tenaga kesehatan, lantaran ketidaktahuan masyarakat awam.

Perawat pasien Covid-19 di RS Lavalette Malang Eko Yanuar menyebut, ada beragam gejala pasien Covid-19. Dimana setiap orang yang terpapar Covid-19 memiiki gejala berbeda-beda, tergantung kondisi imunitas tubuhnya.

"Aku agak memaklumi beberapa orang menganggap Covid-19 enggak ada, karena mereka enggak tahu, antara pasien terkena covid gejala berbeda - beda bisa 180 derajat," ucap Eko ditemui di rumahnya, Minggu malam (27/6/2021).

"Ada yang sama-sama kena Covid-19 tapi sama sekali enggak ada gejala, ada yang sampai langsung henti napas gejala berat, kadang-kadang orang melihatnya itu covid padahal enggak ada gejala paling dicovidkan," tambahnya.

Dalam proses tes swab sendiri dijelaskan dia ada yang namanya range CT value setiap orang berbeda - beda. Range CT value adalah CT value merupakan jumlah siklus yang diperlukan hingga sinyal fluoresens melampaui atau melewati ambang (threshold). Sinyal fluoresens ini sendiri yang nantinya bakal menentukan seseorang ini positif Covid-19 dari metode tes swab PCR.

"Di Covid itu di-swab ada namanya range CT value, nilai dari tingkat infeksinya, bila berat, range CT value-nya pasti rendah, biasanya di bawah 30, tapi positif. Ada yang 30 ke atas, di bawah 40 itu sudah positif, tapi biasanya nggak ada gejala," ungkap perawat satu orang anak ini.

Hal ini yang disebutkan Eko, banyak masyarakat yang seolah sangsi akan adanya penyakit Covid-19. Apalagi ia pernah berinteraksi bahwa ada orang yang menuduh tenaga kesehatan memvonis Covid-19 anggota keluarganya, melalui tanda tangan yang diisi keluarga pasien.

Baca Juga : 6.988 Orang Dirawat di RSD Wisma Atlet Kemayoran

Anggapannya ketika tanda tangan dibubuhkan itu adalah resiko bakal akan divonis Covid-19, meskipun sebelumnya tidak demikian.

"Orang awam itu yang nggak tahu seperti itu, jadi kadang orang yang nggak paham dimasukkan rumah sakit, jangan tanda tangan nanti di-covidkan, padahal itu untuk tanda tangan misalnya benar-benar positif, semua akan ditanggung pemerintah, persetujuan bebas biaya," kata Eko.

"Jadi apapun yang terjadi, diperlakukan sebagai pasien Covid isolasi di satu ruangan, kalau meninggal diperlakukan Covid. Persepsi orang awam kalau tanda tangan apapun dicovidkan itu salahnya. Mungkin aku juga nggak tahu, ada beberapa rumah sakit ada yang berbuat kecurangan, tapi aku nggak tahu nyatanya," tambahnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya