Tak habis akal, untuk mencukupi jumlah anggota, KH Munasir kemudian merekrut santri Tebuireng dan pesantren lainnya di wilayah Jombang. Pada 8 April 1949 Mayor Munasir melakukan konsolidasi di Desa Daro Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Pertemuan itu bertujuan membangun kembali kesatuan yang sempat tercerai berai. Mayor Moenasir kemudian mengusulkan nama Tjondromowo untuk kesatuan yang dipimpinnya.
"Tjondromowo adalah nama kucing yang dipercaya memiliki kelebihan dan kekuatan adi kodrati. Keistimewaan kucing tjondromowo adalah pandangan matanya yang bisa menakutkan lawan. Seekor tikus akan lumpuh mana kala bertatapan pandang dengan kucing tjondromowo. Demikian pula kucing lainnya akan ketakutan bila bertemu kucing berbulu tiga warna itu," jelas Yuhan.
Pasca itu, batalyon tersebut kembali melesat. Seperti sebelumnya, Batalyon Tjondromowo kembali menunjukan tajinya dengan menggempur pasukan-pasukan Belanda yang hendak masuk Mojokerto. Usai gagal membendung sekutu di wilayah Brangkal, Batalyon Munasir kemudian bergabung dengan Batalyon Hayam Wuruk untuk menguasai wilayah Pacet.
Pada saat penyerahan kedaulatan di akhir Desember 1949, Batalyon 519 ditunjuk mewakili republik untuk menerima alih pengamanan wilayah Jombang dari tangan tentara Belanda. Tugas pengamanan itu dapat dilaksanakan dengan baik. Setelah keamanan di Jombang dipulihkan, Batalyon Tjondromowo digeser ke Tuban untuk tugas yang sama.
Penugasan juga diterima ketika terjadi kerusuhan yang dilakukan oleh Gerombolan Malik di sekitar Mojokerto. Sebagian pasukan Tjondromowo diperbantukan pada Brigade 1 yang dipimpin oleh Mayor Basuki Rakhmad. Pada tahun 1952 Mayor Moenasir memilih membubarkan pasukannya saat ada kebijakan pengurangan personil tentara.
Sepertinya Moenasir tidak ingin ada anggotanya yang diberhentikan sebab dianggap tidak memiliki cukup syarat untuk tetap menjadi tentara. Pembubaran itu dilakukan pada sebuah upacara di lapangan Gunungsari tahun 1952. Upacara yang berlangsung haru dengan linangan air mata.
"Saat ini Tjondromowo tetap ada dan dipakai untuk batalyon 509 infantri Kostrad yang berpangkalan di Sukorejo Jember. Tentu batalyon itu tidak ada kaitan sejarah dengan kesatuan pimpinan Mayor Moenasir. Batalyon 509 tidak menggunakan lambang kucing belang telon tetapi berlogo macan kumbang," tukas mantan Komisioner KPU Kabupaten Mojokerto ini. (din)
(Rani Hardjanti)